Selasa, 07 Juli 2020

Wanita Wanita Cantik Afganistan Bergerak


Jakarta, Informatika News Line (22/07/2020)
Tidak mudah menjadi wanita. Apalagi di Afganistan. Negara dengan model budaya yang sangat ketat pada penjagaan wanita ini sekarang mengalami gejolak. 

Afganistan yang mayoritas memeluk Agama Islam, sangat ketat dalam menjaga kehormatan wanita. Bahkan saking ketatnya, menyebutkan nama wanita pada orang lain di luar anggota keluarga atau Muhrim nya adalah kesalahan yang fatal. 

Seorang wanita dihajar babak belur oleh suaminya di Afganistan gara-gara menyebutkan nama nya ke dokter, untuk mendapatkan resep obat atas sakit yang dideritanya. Tidak diberitakan apakah dokter yang memeriksanya dokter laki laki atau dokter wanita. Akan tetapi masalah muncul, saat saat suami mengetahui nama istrinya ditulis di kertas resep obat. Kemarahan suami tak terbendung dan segera saja sang suami menghajar habis istrinya. 

Nama seorang wanita Afganistan, adalah kehormatan sang wanita. Tidak boleh disebutkan selain kepada muhrim atau keluarga saja. Bahkan dalam pameo Afganistan disebutkan dengan sangat dramatis atau bahkan romantis "bahkan Matahari dan Rembulan juga belum pernah tahu dan mengetahui kalau dia itu ada, siapa dia, dan siapa namanya". Sebuah pameo indah yang mungkin sudah basi dan tak lagi terasa romantis di telinga wanita Afganistan, karena sudah lapuk di makan masa. 

Laleh Osmany salah satu wanita merasa perlakukan terhadap wanita Afganistan ini tidak benar. Karena tanpa nama, maka eksistensi wanita pun dianggap tidak pernah ada. Kalau nama saja tidak pernah boleh disebutkan, bagaimana lagi eksistensi wanita Afganistan. Selama 3 tahun terakhir Laleh Osmany yang cantik, berjuang secara administratif agar nama wanita bisa dituliskan di regustrasi penduduk. Pendukung gerakan Laleh Osmani semakin membesar. Para wanita cantik dari Afganistan mulai bergabung satu demi satu. Memperjuangkan hak nya untuk mendapatkan namanya kembali, Untuk bisa mengenalkan diri dengan namanya. Akhir Juli ini Laleh Osmany didukung oleh sebuah Lembaga perjuangan wanita, AWWD, mendorong agar perjuangan memperoleh hak nama tersebut berhasil di Afganistan. Media barat dengan gencar memberitakan perjuangan Laleh Osmany ini. BBC, Daily Mail, Reuters, AFP, berlomba memberitakan dan memberikan simpati yang besar.

Sungguh kasihan. Akan tetapi sepanjang sejarah peradaban manusia, wanita memang tidak pernah terlalu dihargai dan dianggap. Bahkan posisi dan keberadaannya disamakan dengan barang saja. Bisa diperjual-belikan, dipindah sana sini. Dan tidak layak diperhatikan pendapat atau suaranya. 

Menjelang diutusnya Rasulullah, bahkan bangsa Arab memiliki kebiasaan mengubur hidup hidup bayi wanita yang dilahirkan. Kehadiran wanita dianggap sebagai kutukan  dan pembawa kesialan. Wanita di mata  budaya Arab hanyalah sebuah atau sesuatu yang hanya diperuntukkan untuk menampung sperma laki-laki saja. Tidak kurang dan tidak lebih. Stigma kejam inilah yang bahkan masih ditemukan dipraktekkan oleh ras Arabia sampai saat ini. Wanita hanyalah sebagi penampung sperma laki-laki.

Akan tetapi ajaran Islam yang hadir pada abad ke 6 Masehi, yang mensejajarkan derajat pria dan wanita, dalam beberapa praktek budaya di negara-negara Islam masih mencari bentuk yang tepat. Di Arab Saudi modern misalnya, wanita selama puluhan tahun dilarang menyetir mobilnya sendiri. Baru beberapa waktu yang lalu Pemerintah Arab Saudi mengijinkan wanita mengendarai kendaraan nya sendiri (VIJAY)