Jumat, 01 Mei 2020

PUTRA SANG IMAM

Oleh : G I Wijaya

Kurang lebih 1 jam dari Teheran, ke arah bandara internasional IKA (bandara imam khomeini) sebuah bangunan besar dengan gaya arsitektur khas persia islam didirikan dengan sangat indah. Sebuah kolam panjang dengan air mancur kecil kecil yang indah menyambut di pintu masuk.

Di belakang bangunan besar itu ada sebuah pusara yang pada hari hari tertentu didatangi lebih dari 10 juta orang. Duduk di depan pusara, yang ada di sebelah kanan arah sholat menghadap kiblat, merupakan sebuah pengalaman luar biasa yang tidak terlupakan.

Pusara imam khomeini, seorang pemimpin besar Iran.
Jika memang ada waktu tidak ada salahnya membacakan surat al fatihah atau membacakan surat Yasin untuk Sang Imam. Setelah usai membaca surat al Quran itu rasakanlah seakan ucapan salam balik Sang Imam yang menyejukkan masuk menyeruak ke dalam hati.

Bukan hanya negeri Iran saja yang menghargai perjuangan sang mujahid besar ini. Bahkan dunia Islam secara umum mengenali Sang Pejuang ini sebagai seorang pejuang sukses. Imam khoemeini berhasil meletakkan dasar dasar stuktur pemerintahan Islam modern, di tengah berbagai tawaran ideologi dan sistem pemerintahan dan kenegaraan.

Sang Imam menolak sistem sekulerisme ala liberal barat. Atau model pemerintahan sosialisme komunisme ala Timur yang dikembangkan di dunia timut.

Sebuah surat khusus ditulis Sang Imam besar ke Presiden USSR Rusia, Michael Ghorbachev mendekati dekade 1990 an.

” Telinga saya seakan mendengar derak derak keruntuhan komunisme Rusia tidak lama lagi, berpalinglah pada sistem berbasis Islam, niscaya negara anda Rusia akan selamat dari kerusakan dan kehancuran. ”

Surat luar biasa Sang Imam itu terbukti terjadi beberapa tahun kemudian ketika negara Rusia runtuh dan seluruh negaranya berantakan bahkan setelah perestroika.

Rumah Kediaman Imam Khomeini
Di dekat pusara sang Imam keturunan langsung Rasulullah Muhammad saw ini ada juga pusara lain. Pusara putra keduanya yang meninggal tak lama setelah beliau wafat. Putra beliau yang pertama juga sudah wafat mendahului sang Imam. Tidak dimakamkan di dekat pusaranya. Akan tetapi dimakamkan di kota basrah irak. Konon putra beliau pertama itu meninggal karena serangan keji yanh dilakukan oleh Savak, polisi rahasia Syah Iran Reza Pahlevi sebelum masa revolusi. Kebencian syah Iran yang membuang Sang Imam ke Irak tidak juga habis, bahkan setelah kematian putra pertamanya. Sebuah gerakan gejolak di Iran yang ikut berbela atas meninggalnya sang putra sempat metus di Iran. Tapi sang Imam melarang semua orang bersedih dan menitikkan air mata untuk sang putra yang dicintainya.

Tidak ada air mata, tapi perjuangan menegakkan yang hak harus diteruskan.

Bahkan di tengah upacara terakhir pemakaman putra pertamanya Sang Imam tiba tiba berpaling pergi dari tempat pemakaman itu, meninggalkan jasad putranya yang bahkan belum dikebumikan.

Wahai Imam kau mau kemana ?
Putramu belum lagi selesai dikebumikan.

Ada puluhan siswa yang saat ini menunggu saya memberikan pelajaran dan kuliah tentang agama dan kebenaran. Saya harus memenuhi janji saya memberikan pelajaran kepada mereka.

Mereka yang hadir dalam pemakaman putra nya yang menjadi korban Savak pun menitikkan air mata dipenuhi gelora kedukaan dan kesedihan mendalam.

Pada tahun 1979 an puluhan juta rakyat Iran merindukan kepulangannya kembali ke tanah air, meminta sang Imam kembali dari pembuangannya di Prancis dan memimpin Iran. Lebih dari 90 persen rakyat Iran meminta beliau pulang dan memimpin Iran.

Sebuah revolusi rakyat besar membuat penguasa Iran, Syah Reza Pahlevi lari ke Prancis.

Pertama kembali menginjakkan kaki di Iran Sang Imam berhenti di tempat yang saat ini menjadi pusaranya, sambil berdoa di makam para pejuang yang gugur di dekat pusaranya saat ini.

Kecintaan dan penghormatan pada para pahlawan bahkan membuatnya menyebut seluruh pejuang tanpa nama yang gugur sebagai putra putrinya.

” Para pejuang tanpa nama yang tiada dikenali keluarganya adalah putra ruhullah, putra putri saya sendiri, ” kata Imam besar, Ruhullah, Imam Khomeini.

Sampai saat ini semua prajurit dan pejuang tanpa nama, tanpa identitas yang gugur, selalu dinisbahkan kepada Sang Imam.

Di Iran sampai saat ini ratusan ribu orang gugur. Menjadi korban revolusi rakyat, perang Irak Iran selama kurang lebih 8 tahun, dan juga korban dalam konfrontasi dengan Israel dan faksi faksi terorisme yang ada di Timur Tengah. Ratusan ribu wanita rela kehilangan anak dan suaminya untuk perjuangan. Patriotisme dan keberanian yang luar biasa ini tak pelak berasal dari inspirasi yang dibawa langsung oleh keluarga Rasulullah, Imam Ali, Fatimah az Zahro, dan juga putra mereka Hasan dan Husein. Kwartet keluarga Rasulullah yang gugur karena memperjuangkan nilai kebenaran hakiki kehidupan.