Jumat, 13 Maret 2020

(CC) MENCARI ALIRAN SENI KERAMIK KONTEMPORER (cc)

"...jika engkau fahami apa yang terjadi di masa lalu, kau akan mengetahui apa 
yang akan kau dapatkan hari ini..."


Bandung, Informatika Newsline (10/03/20)
Galeri Soemardja di sayap timur Ganesha ITB tampak sepi. Barang-barang dengan berbagai bentuk yang aneh bergeletakan di taman depan Galeri agak jauh dari pintu masuk. Seorang anak muda, masih kelihatan muda, tampak berdiri di depan galeri dengan wajah yang kalem dan tenang. Rambut gondrong. Berkacamata.

"Pameran seni Korea ini di mana ya Pak ? " saya mencoba bertanya dengan salah seorang yang ada di situ. Berseragam warna gelap, mungkin staf administrasi jurusan seni ITB.

Kampus tampak lengang, hanya ada satu dua orang mahasiswa di kampus Bung Karno ini. Hari ini adalah hari-hari awal pemerintah Jakarta, mengumumkan adanya korban terinfeksi Covid-19 yang pertama di Indonesia.

Kampus ITB segera mengumumkan penghapusan kuliah off line. Dan libur selama 1 bulan atau 2 minggu, salah satu teman mahasiswa Doktoral Geologi yang datang bersama mengatakan padaku. Tapi berdasarkan jadwal yang tertulis, Galeri dan pameran seni ini harusnya buka. Pintu ruangan menghadap barat yang tertutup itu aku terabas masuk. Dan memang ternyata pameran seni itu ada di sini.

Menyenangkan melihat karya seni keramik yang bagus ini. Sebuah katalog di tumpuk begitu saja di depan pintu masuk. Tak ada orang sama sekali. Setelah mengisi buku tamu, katalog seni itu kuambil dan mulai menjelajahi karya seni keramik di seluruh ruangan.

Karya keramik dari Korea ini memang indah. Tapi menurut ku tidak fungsional. Akan tetapi mungkin akan sangat mahal jika dijual di tempat-tempat yang tepat di Jakarta misalnya.

Seni keramik tangan ini memang hebat. Bagus sekali. Di katalog dengan judul Bak-Go-Ji-Geum, disebutkan bahwa proses pembuatan keramik ini dipanaskan dengan suhu sampai lebih dari 1300 derajat Celcius. Bak-Go-Ji-Geum adalah 4 huruf China yang membentuk frase yang memiliki makna

"...jika engkau fahami apa yang terjadi di masa lalu, kau akan mengetahui apa yang akan kau dapatkan hari ini..."

Sebuah teknik yang disebut dengan Teknik Buncheong Keramic, diperkenalkan oleh senimannya Cho Jang Hyun tahun lalu (2019). Teknik ini sempat dicoba diimplementasikan di pusat Keramik Jawa Barat di Jatiwangi. Akan tetapi kekhususan teknik Buncheong ini belum berhasil mengakomodasi keragaman yang ada di lokal Jatiwangi.

Keragaman bahan, tanah yang akan dibuat untuk keramik, peralatan, daya dukung supporting lingkungan dan sebagainya belum berhasil mengadaptasi teknik Buncheong. Sehingga seluruh keramik yang coba dibuat di Jatiwangi dengan teknik ini, pecah dan hancur, tidak ada satupun yang berhasil di buat.

Kegagalan mencoba teknik Buncheong di Jatiwangi oleh Cho Jang Hyun ini membuatnya diundang sebagai dosen tamu di Fakultas Seni dan Disain ITB untuk memberikan kuliah tamu dan melakukan workshop di jurusan Seni dan Disain ITB. 

*******

Setelah puas menikmati belasan sampai puluhan karya keramik di ruang Gallery yang kosong dari pengunjung, di luar Galery, saya mencoba mendekati pemuda gondrong berkaca mata yang berdiri canggung. Ternyata pemuda ini adalah seniman Cho Jang Hyun. Tidak ada perubahan ekspresi saat melihat ku keluar dari Galery.

Perbincangan dengan Bahasa Inggris tentu menyenangkan dengan seniman Korea ini. Karenasebagaimana sebagian besar Orang Indonesia, orang Korea juga tidak fasih menggunakan Bahasa Inggris. Lebih mudah berkomunikasi dengan mereka yang hanya faham Bahasa Inggrissetengah setengah dibandingkan dengan yang lancar.

Cho Jang Hyun ternyata dibesarkan di lingkungan seniman keramik yang turun temurun di Korea selatan. Ayahnya adalah pembuat keramik yang menggunakan teknik tradisional yang sangat ketat dengan standar dan aturan. Sangat sulit berinovasi dalam penggunaan teknik tradisional. Selama 10 tahun Cho Jang Hyun menempuh jurusan studi seni di Amerika Serikat dan akhirnya dia menemukan teknik barunya "Buncheong keramic".

Cho Jang Hyun sangat responsif saat Informtika Newline menyampaikan bahwa karya keramik seperti ini memiliki potensi pasar yang cukup bagus di Indonesia. Sayangnya saat diminta HP Cho Jang Hyun menyatakan tidak menggunakan HP dalam berkomunikasi dia lebih suka meggunakan e mail. Hari gini tidak memakai dan memiliki HP? Hari gini tidak memiliki nomer WA dan Telegram ? Itu hal biasa, tidak perlu terheran-heran. Jutaan orang Indonesia juga tidak punya e-mail, apalagi Hand phone.

Setelah berbincang sebentar tentang Covid 19 di Korea Selatan dan Indonesia, bincang dengan Cho Jang Hyun selesai. Seorang wanita cantik keluar dari ruangan. Dan Cho Jang Hyun mencoba mengenalkan kepada Informatika Newsline. Kelihatannya wanita dari Korea Selatan juga, pasti agak susah berbahasa Inggris dengan nya. Dan kelihatannya memang agak enggan berbincang dengan Informatika Newsline. Ya Oke lah. Samsamida saja lah. (VIJAY)   

First Published, 14 March 2020, 10.16 AM