Kamis, 09 Januari 2020

(cc) Studi Al Qur'an (cc)

Tarikh Al-quran karya Muhammad Hadi Ma’rifat. Didalamnya jelas tertulis, Dinukil dari Ibnu Abbas bahwa semua ayat Al-Quran berjumlah 6600 ayat. Semua hurufnya berjumlah 320.671. Ada yang berpendapat bahwa kalimat alquran berjumlah 77.277, sebagian lain berpendapat 77.934, pendapat lain lagi adalah 77.434 kalimat. Menurut Kufiyyin, riwayat yang paling sahih dan pasti tentang jumlah ayat Al-Quran adalah 6236 ayat. Riwayat ini dinukil dari Ali bin Abi Thalib. Dan saat itu pula saya mendapatkan satu pemahaman bahwa jumlah ayat dalam Al-Quran adalah 6236 ayat.
bb

Untuk menjawab pertanyaan ini, kiranya dapat dimulai dari komentar salah seorang pakar ulumul-Qur’an awal, as-Suyuti (w. 911 H/1505 M) dalam karya monumentalnya al-Itqan fi Ulumil-Qur’an mengutip pendapat Abu Amr ad-Dani (w. 444 H/1052 M), para sarjana Al-Qur’an menyepakati (ajma’u) bahwa jumlah ayat Al-Qur’an adalah 6000 ayat, para ulama berbeda pendapat terkait lebihannya.[1] Pendapat ini juga dikuatkan oleh Ibnu Katsir.[2] Mengapa demikian? Menurut az-Zarkasyi (w. 794 H/1391 M) karena Nabi Muhammad SAW terkadang berhenti pada akhir ayat karena waqaf, namun keesokan harinya Nabi tidak lagi berhenti (waqaf) pada tempat semula, bahkan menyempurnakan bacaannya, sehingga para sahabat yang mendengarnya menyangka berhentinya Nabi tersebut karena faktor akhir ayat (fasilah).[3]

سبب اختلاف السبب في عدد الآي أن النبي صلى الله عليه وسلمكان يقف على رؤوس الآي للتوقيف فغذا علم محلها وصل للتمام فيحسب السامع حينئذ أنها ليست فاصلة

Dalam studi ulumul-Qur’an yang membahas disiplin ini lebih lanjut didapati beberapa riwayat yang menginformasikan tentang pembahasan terkait. Kajian yang secara khusus membahas hal ini setidaknya dapat dibaca dalam kitab al-Bayan fi ‘Addi Ayil Qur’an karya Abu Amr ad-Dani (w. 444 H/1052 M), Nadzimatuz-Zahr karya as-Syatibi (w. 590 H/1194 M), al-Faraidul Hisan fi ‘Addi Ayil-Qur’an karya Abdul Fatah Abdul-Gani al-Qadhi (w. 1403 H/1982 M), dan al-Muharrar al-Wajiz fi ‘Addi Ayil Kitabil-Aziz karya Abdur-Razaq Ali Ibrahim Musa yang terinspirasi dari karya gurunya Muhammad al-Mutawalli (w. 1313 H/1895 M).

Abdur-Razaq Ali Ibrahim Musa dalam al-Muharrar al-Wajiz fi ‘Addi Ayil Kitabil-Aziz (h. 47) menginformasikan bahwa para ulama berbeda pendapat tentang jumlah ayat Al-Qur’an. Menurut pendapat terkuat kriteria dan jumlah pengelompokan ini terkait erat dengan enam copy naskah Usmaniyah yang didistribusikan ke beberapa garnisun wilayah Islam waktu itu (al-Amshar). Oleh karena itu, hitungan Madinah ada dua (Madani Awal dan Akhir), Mekah, Syam, Kufah, dan Basrah, demikian menurut ad-Dani. Sementara al-Ja’biri menambahkan satu lokasi lagi, yakni hitungan dari daerah Hims. Dari kronologi ini kemudian para ulama setelahnya menggenapkannya menjadi 7 riwayat yang memberikan keterangan tentang jumlah ayat dalam Al-Qur’an.[4]

Al-Madani (Madinah), hitungan jumlah ayat dalam kelompok ini dibagi lagi menjadi dua, yaitu Madani Awal dan Madani Akhir.
Madani Awal disandarkan pada riwayat Abu Amr ad-Dani dengan jalur dari Imam Nafi dari riwayat Abu Ja’far bin Yazid al-Qa’qa’dari Imam Syaibah bin Naskah, seorang anak laki-laki dari mantan budaknya Ummu Salamah (istri Rasulullah), jumlahnya adalah 6217 ayat;
Madani Akhir disandarkan pada riwayat Abu Amr ad-Dani dengan jalur dari Imam Nafi dari riwayat Ismail bin Ja’far dari Sulaiman bin Jammaz dari Abu Ja’far dan Syaibah bin Nashah secara marfu dari keduanya, jumlah ayatnya adalah 6214 ayat;
Al-Makki (Mekah) disandarkan pada riwayat Abu Amr ad-Dani dengan jalur Abdullah bin Katsir al-Makki dari Mujahid bin Jubair dari Ibnu Abbas dari Ubay bin Ka’ab, 6219 dan 6210 ayat. Jumlah 6210 adalah pendapat Ubay bin Ka’ab sendiri, mayoritas orang-orang Mekah memakai hitungan 6219, demikian komentar ad-Dani.
As-Syami (Syria) disandarkan dari riwayat Abu Amr ad-Dani dengan jalur Yahya bin Harits ad-Dimari dari al-Akhfasy dari Ibnu Dzakwan dan al-Halwani dari Hisyam, Ibnu Dzakwan dan Hisyam dari Abu Ayyub bin Tamim al-Qari dari Abdullah bin Amir al-Yahshibi dari Abu Darda, jumlah ayatnya adalah 6226 ayat;
Al-Kufi (Kufah, Irak) disandarkan dari riwayat Abu Amr ad-Dani dengan jalur  Hamzah bin Hubaib bin Ziyat dari Ibnu Abu Laila dari Abu Abdirrahman bin Habib as-Sulami dari Ali bin Abi Talib, jumlah ayatnya adalah 6236 ayat;
Al-Bashri (Basrah, Irak) disandarkan dari riwayat Abu Amr ad-Dani dengan jalur ‘Ashim al-Jahdari dan Atha bin Yasar, jumlah ayatnya adalah 6204 ayat;
Al-Himsyi, menurut al-Mutawalli disandarkan dari riwayat Syuraikh bin Yazid al-Himsyi al-Hadrami. Sementara menurut Abdul Ali Mas’ul hitungan ini disandarakan kepada Khalid al-Ma’dan seorang tabi’in senior dari Syam. Meskipun terjadi perbedaan sumber, keduanya sepakat jumlah ayatnya adalah 6232 ayat.

ssss

Tabel Jumlah Ayat dan Rawinya

No

Jumlah Ayat

Kategorisasi

Rawi

1



6217

Madani Awal

Nafi dari riwayat Abu Ja’far bin Yazid al-Qa’qa’

6214

Madani Akhir

Nafi dari riwayat Ismail bin Ja’far

2

6219

Makki

Abdullah bin Katsir al-Makki dari Mujahid bin Jubair

3

6225

Syami

Abu Ayyub bin Tamim al-Qari dari Abdullah bin Amir al-Yahshibi

4

6236

Kufi

Hamzah bin Hubaib bin Ziyat dari Ibnu Abu Laila dari Abu Abdirrahman bin Habib as-Sulami

5

6205

Bashri

‘Ashim al-Jahdari dan Atha bin Yasar

6

6232

Himsy

Khalid al-Ma’dan

Dari beberapa riwayat di atas, yang sampai saat ini riil banyak dipakai dalam penerbitan Al-Qur’an ada dua. Mazhab al-Kuffiyun yang diriwayatkan Hamzah bin Hubaib bin Ziyat dari Ibnu Abu Laila dari Abu Abdirrahman bin Habib as-Sulami dari Ali bin Abi Talib dengan jumlah ayat 6236 ayat dan Madani Awal disandarkan pada riwayat Imam Nafi dari riwayat Abu Ja’far bin Yazid al-Qa’qa’, 6217 ayat. Bertolak dari keadaan sekarang yang hanya menyisakan dua mazhab dari tujuh riwayat, menurut ad-Dani pada masanya (setidaknya dalam kisaran abad ke-5 hijriah) kelima mazhab hitungan ayat di atas saat itu semuanya berlaku di kawasan bersangkutan.[1]

Dua mazhab ‘addul-ayi yang masih berkembang dapat dilihat sebagai berikut. Mazhab pertama dipakai oleh mayoritas negara-negara muslim termasuk Mushaf Madinah terbitan Mujamma’ Malik Fahd dan Mushaf Standar terbitan Indonesia. Mazhab kedua, setidaknya telah dipakai oleh Mushaf al-Jamahiriyah dengan riwayat Qalun ‘an Nafi yang diterbitkan oleh Libya. Selebihnya untuk masa sekarang tampaknya sudah tidak ada yang menerapkannya lagi, dan hanya terdokumentasi dalam literatur-literatur klasik ulumul-Qur’an, khususnya yang membahas addul-ayi.

Bagaimana dengan jumlah 6.666 ayat?

Menurut sebuah sumber, angka ini berasal dari keterangan Syekh Nawawi al-Bantani (w. 1316 H/1897 M) dalam kitabnya Nihayatuz-Zain fi Irsyadil-Mubtadiin.[2] Menurut al-Bantani, bilangan ayat Al-Qur’an itu 6666 ayat, yaitu 1000 ayat di dalamnya tentang perintah, 1000 ayat tentang larangan, 1000 ayat tentang janji, 1000 tentang ancaman, 1000 ayat tentang kisah-kisah dan kabar-kabar, 1000 ayat tentang ‘ibrah dan tamsil, 500 ayat tentang halal dan haram, 100 tentang nasikh dan mansukh, dan 66 ayat tentang du’a, istighfar dan dzikir.[3]

Sumber lain dengan jumlah yang sama tetapi dengan penjelasan berbeda adalah pandangan az-Zuhaily dalam at-Tafsir al-Munir fil-‘Aqidah wasy-Syari’ah wal-Manhaj,(2003, jilid 1/45), “membenarkan” jumlah ayat Al-Qur’an dalam (tariqah) hitungan al-Kufiyyun adalah 6236 ayat, namun demikian ia juga menyebutkan menurut (tariqah) hitungan yang lain berjumlah 6.666 ayat. Perhitungan ini sepertinya didasarkan pada kalkulasi pertimbangan isi keseluruhan ayat dalam Al-Qur’an. Dalam pandangan ini, ayat-ayat Al-Qur’an dapat diklasifikasi dan dijumlahkan sebagai berikut; al-amr (perintah) 1000 ayat, an-nahy (larangan) 1000 ayat, al-wa’d (janji) 1000 ayat, al-wa’id (ancaman) 1000 ayat, al-qasas wal-akhbar (kisah-kisah dan informasi) 1000 ayat, al-ibr wal-amtsal (pelajaran dan perumpamaan) 1000 ayat, al-haram wal halal (halal dan haram) 500 ayat, ad-du’a (doa) 100 ayat, dan an-nasikh wal-mansukh 66 ayat.[4]

Dari beberapa informasi dan telaahan di atas, dapat disimpulkan sementara terkait jumlah bilangan ayat dalam Al-Qur’an. Pertama, jumlah 6.666 adalah jumlah hitungan ayat Al-Qur’an berdasarkan kandungan isi ayat dari sebagian ulama, bukan hitungan dalam pengertian menghitung satu per satu ayat dalam perspektif ilmu addul-ayi. Kedua, jumlah 6.236 bukanlah jumlah satu-satunya ayat Al-Qur’an yang “paling benar”, namun hal itu adalah pilihan riwayat.

Sebab jumlah hitungan ini sangat terkait erat dengan periwayatan dan qira’ah. Seperti yang terjadi di Mushaf al-Jamahiriyah Libya yang lebih memilih menggunakan qira’ah Qalun dari Imam Nafi dengan hitungan ayat Madani awal (6217 ayat).

Dengan demikian, terkait kepastian jumlah ayat-ayat dalam Al-Qur’an tidak ada yang “paling benar” dan “paling salah”. Selama hal itu argumentatif dan didasarkan pada periwayatan dan pilihan yang bertanggung jawab, semua dapat dimungkinkan, meskipun tidak dapat disangkal sebuah pendapat barangkali “lemah” (marjuh) secara metodologis. Diskusi terkait khilafiyah jumlah ayat tidak selamanya harus bersepakat dalam kesamaan ataupun saling mencaci dalam ketidaktahuan! Wallahu a’lam.


[1] Al-Itqan, bab 1/19

[2] Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azim, Bairut: Darul-Fikr, 1997, cet. Ke-1, h. 14.

[3] Az-Zarkasyi, al-Burhan fi Ulumil-Qur’an, al-Qahirah: Darul-Hadis, 2006, h. 176. Fasilah adalah akhir ayat, sama halnya qafiyah dalam sajak.

[4] Abdur-Razaq Ali Ibrahim Musa, al-Muharrar al-Wajiz fi ‘Addi Ayil Kitabil-Aziz, Riyad: Maktabah al-Ma’arif, 1988, h. 47-48.

[5] Ad-Dani tahqiq Ganim al-Hamd, al-Bayan fi ‘Addi Ayil-Qur’an, Kuwait: Markaz al-Maktutat al-Wtsaa’iq , 1994, h. 80
[6] http://kampoengsantri.wordpress.com/2012/08/10/berapakah-jumlah-ayat-dalam-al-quran-3/ di unduh tanggal 14 januari 2013.
[7] Abu Abdul Mu’ti Muhammad bin Umar bin Ali Nawawi al-Jawi, Nihayatuz-Zain fi Irsyadil Mutbadi’in, Jakarta: al-Haramain, 2005, cet. ke-1, h. 34.
[8] Az-Zuhaili, at-Tafsir al-Munir fil-‘Aqidah was-Syari’ah wal-Manhaj. Bairut: Darul-Fikr, 2003, jilid 1, h. 45.

bbb


Ulama Kufah berpendapat bahwa jumlah ayat dalam al quran sebanyak 6236 ayat. Ulama Mekah menyatakan jumlah ayat dalam alquran sebanyak 6220 ayat. Ulama syria menyatakan jumlah ayat dalam al quran adalah 6226 ayat. Ulama Madinah jumlah ayat dalam alquran adalah 6217 ayat.

jjjj

Pertama, berbeda dalam menetapkan potongan. Dalam satu kalimat adakalanya dinyatakan sebagai satu ayat, adakalanya sebagai dua ayat.

Kedua, berbeda dalam penetapan bacaan basmalah, ada yang menyatakan bahwa basmalah merupakan ayat dari setiap surat kecuali at taubah dan al fatihah, adakalanya tidak demikian, karena basmalah hanya sebagai penghubung antara surat, kecuali surat al fatihah.

Bila dilakukan penghitungan ayat dalam al quran, maka kita dapatin jumlah ayat 6.236 ayat. Bila ditambah dengan basmalah seluruh surat kecuali alfatihah dan attaubah menjadi 6.236+112 = 6.348 ayat. Maka akan ditemukan 6666-6348=430 ayat.

hhh

Jumlah Ayat dalam al-Quran
Pertanyaan:

Saya mndengar, jumlah ayat dalam al-Quran ada 6666 ayat. Apa itu benar? berapa jumlah ayat pastinya?

Trim’s

Jawaban:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Ulama berbeda pendapat tentang jumlah ayat al-Quran. Ibnu Katsir menyebutkan beberapa pendapat, dan beliau tegaskan bahwa jumlah ayat al-Quran tidak kurang dari 6000 ayat. Sementara lebihnya, diperselisihkan.

Beliau mengatakan,

فأما عدد آيات القرآن فستة آلاف آية، ثم اختلف فيما زاد على ذلك على أقوال، فمنهم من لم يزد على ذلك، ومنهم من قال: ومائتا آية وأربع آيات، وقيل: وأربع عشرة آية، وقيل: ومائتان وتسع عشرة، وقيل: ومائتان وخمس وعشرون آية، وست وعشرون آية، وقيل: ومائتا آية، وست وثلاثون آية. حكى ذلك أبو عمرو الداني في كتاب البيان

Tentang jumlah ayat al-Quran ada 6000 ayat. Kemudian ulama berbeda pendapat yang lebih dari angka itu. Diantara mereka berpendapat, tidak lebih dari 6 ribu ayat. Ada yang mengatakan, 6204 ayat. Ada yang mengatakan, 6014 ayat. Ada juga yang mengatakan, 6219 ayat. Ada yang mengatakan, 6225 atau 6226 ayat. Dan ada yang mengatakan, 6236 ayat. Pendapat terakhir ini disampaikan oleh Abu Amr ad-Dani dalam kitab al-Bayan. (Tafsir Ibn Katsir, 1/98).

Ada beberapa catatan terkait keterangan yang disampaikan al-Hafidz Ibnu Katsir di atas,

Pertama, Sikap yang tepat mengenai jumlah ayat adalah tidak menegaskan dengan bilangan angka tertentu.

Kedua, perbedaan jumlah ayat di atas, sama sekali bukan karena perbedaan al-Quran yang mereka miliki. al-Quran mereka sama. Persis seperti Mushaf al-Imam yang diterbitkan di zaman Khalilfah Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Karena mengingkari satu huruf dalam al-Quran, sama dengan mengingkari seluruh isi al-Quran. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

مَنْ كَفَرَ بِحَرْفٍ مِنَ الْقُرْآنِ ، أَوْ بِآيَةٍ مِنْهُ ، فَقَدْ كَفَرَ بِهِ كُلِّهِ

”Barangsiapa yang kufur terhadap satu huruf al-Quran atau salah satu ayat al-Quran berarti dia telah kufur terhadap seluruh isi al-Quran.” (Tafsir at-Thabari, 1/55).

Lalu mengapa jumlah ayatnya beda, jika al-Quran yang mereka miliki sama?

Perbedaan pendapat mengenai jumlah ayat al-Quran itu diantaranya karena,

Perbedaan mereka dalam menentukan titik-titik ayat dalam al-Quran. Terkadang ada dua ayat dalam mushaf kita, yang menurut ulama tertentu, dua ayat itu dihitung satu ayat. Terkadang ada satu ayat panjang, oleh ulama A masih dianggap satu ayat, sementara oleh ulama B dianggap dua ayat. Dan demikian seterusnya, sehingga jumlah ayat al-Quran menurut berbeda-beda sesuai dengan ijtihad mereka.
Perbedaan dalam menentukan status basmalah. Sebagian ulama menyebut basmalah di setiap awal surat sebagai ayat pertama. Sementara ulama lainnya menyatakan itu bukan ayat pertama dalam surat tersebut.
Allahu a’lam

Catatan Tambahan

Sebagai catatan tambahan, al-Hafidz Ibnu Katsir setelah menyebutkan perbedaan pendapat jumlah ayat dalam al-Quran, beliau juga menyebutkan beberapa keterangan tabiin tentang jumlah kata, dan hurufnya.

وأما كلماته، فقال الفضل بن شاذان، عن عطاءِ بن يسار: سبع وسبعون ألف كلمة وأربعمائة وتسع وثلاثون كلمة. وأما حروفُه، فقال عبد الله بن كثير، عن مجاهد: هذا ما أحصينا من القرآن وهو ثلاثُمائِة ألفِ حرف وواحدٌ وعشرون ألفَ حَرْفٍ ومائَةٌ وثمانونَ حرفًا.

“Mengenai jumlah kata dalam al-Quran, Fadhl bin Syadan meriwayatkan dari Atha’ bin Yasar, yang mengatakan, Jumlah huruf ada 77439 kata. Sedangkan jumlah hurufnya, diriwayatkan oleh Abdullah bin Katsir, dari Mujahid, beliau mengatakan, “Berikut yang kami hitung dari al-Quran, jumlah hurufnya ada 321.180 huruf.” (Tafsir Ibn Katsir, 1/98).

Allahu a’lam



Read more https://konsultasisyariah.com/20876-berapa-jumlah-ayat-al-quran.html

vvvv


Al-Qur'an atau Qur'an (bahasa Arab: القرآن, translit. al-Qurʾān, har. 'bacaan'‎; /kɔːrˈɑːn/[a] kor-ahn), atau Alquran dan Quran dalam bentuk baku Ejaan bahasa Indonesia, adalah sebuah kitab suci utama dalam agama Islam, yang umat Muslim percaya bahwa kitab ini diturunkan oleh Tuhan, (bahasa Arab: الله‎, yakni Allah) kepada Nabi Muhammad.[5] Kitab ini terbagi ke dalam beberapa surah (bab) dan setiap surahnya terbagi ke dalam beberapa ayat.

Umat Muslim percaya bahwa Al-Qur'an difirmankan langsung oleh Allah kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril,[6][7] berangsur-angsur selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari atau rata-rata selama 23 tahun, dimulai sejak tanggal 17 Ramadan,[8] saat Nabi Muhammad berumur 40 tahun hingga wafat pada tahun 632.[5][9][10] Umat Muslim menghormati Al-Qur'an sebagai sebuah mukjizat terbesar Nabi Muhammad, sebagai salah satu tanda dari kenabian,[11] dan merupakan puncak dari seluruh pesan suci (wahyu) yang diturunkan oleh Allah sejak Nabi Adam dan diakhiri dengan Nabi Muhammad.[b] Kata "Quran" disebutkan sebanyak 70 kali di dalam Al-Qur'an itu sendiri.[12]



Kiri: Al-Qur’an abad ke-11 Afrika Utara di British Museum. Kanan: Al-Qur’an − di Mashhad, Iran – ditulis oleh Ali bin Abi Thalib.
Menurut ahli sejarah beberapa sahabat Nabi Muhammad memiliki tanggung jawab menuliskan kembali wahyu Allah berdasarkan apa yang telah para sahabat hafalkan.[13] Setelah Nabi Muhammad wafat, para sahabat segera menyusun dan menuliskan kembali hafalan wahyu mereka. Penyusunan kembali Al-Qur'an ini diprakarsai oleh Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq atas usulan dari Umar bin Khattab dengan persetujuan para sahabat senior.

Al-Qur’an menjelaskan sendiri bahwa isi dari Al-Qur’an adalah sebuah petunjuk. Terkadang juga dapat berisi cerita mengenai kisah bersejarah, dan menekankan pentingnya moral.[14][15] Al-Qur’an digunakan bersama dengan hadis untuk menentukan hukum syari'ah.[16] Saat melaksanakan Salat, Al-Qur’an dibaca hanya dalam bahasa Arab.[17] Beberapa pakar Barat mengapresiasi Al-Qur’an sebagai sebuah karya sastra bahasa Arab terbaik di dunia.[18][19]

Seseorang yang menghafal isi Al-Qur'an disebut Al Hafidz. Beberapa umat Muslim membacakan Al-Qur’an dengan bernada, dan peraturan, yang disebut tajwid. Saat bulan suci Ramadan, biasanya umat Muslim melengkapi hafalan Dan membaca Al-Qur’an mereka setelah melaksanakan shalat tarawih. Untuk memahami makna dari al quran, umat Muslim menggunakan rujukan yang disebut tafsir.[20]


hhhh


Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menjelaskan bahwa Alquran adalah bentuk kata benda infinitif (mashdar) dari kata qara`a (قرأ) yang bermakna membaca atau mengumpulkan.[c] Jika Alquran berasal dari kata qara`a yang bermakna membaca, maka Alquran berarti sesuatu yang dibaca, sedangkan jika berasal dari kata qara`a yang bermakna mengumpulkan, maka Alquran berarti sesuatu yang mengumpulkan, karena Alquran itu berisi kumpulan kisah-kisah dan hukum.[21]

Al-Qur'an menjelaskan bahwa kitab ini adalah sebuah "pembeda" (al-furqān), "buku ibu" (umm al-kitāb), "petunjuk" (huda), "kebijaksanaan" (hikmah), "pengingat" (Dzikr) dan "wahyu" (tanzīl; sesuatu yang diturunkan, menandakan sebuah objek yang diturunkan dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah).[22] Istilah lainnya yakni al-kitāb (Buku), yang juga digunakan dalam bahasa Arab untuk skriptur lain, seperti Taurat dan Injil, Kata sifat "Quran" memiliki transliterasi yang beragam, termasuk "quranic", "koranic", dan "qur'anic", atau dikapitasisasikan menjadi "Qur'anic", "Koranic", dan "Quranic". Istilah lain dari Al-Qur'an adalah mushaf ('karya tulisan'). Transliterasi "Quran" lainnya termasuk "al-Coran", "Coran", "Kuran", dan "al-Qurʼan".[23]

Konsep pemakaian kata-kata tersebut dapat juga dijumpai pada salah satu surah Al-Qur'an sendiri yakni pada Surah Al-Qiyamah ayat 17 dan 18 yang artinya:

"Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur'an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti bacaannya". (Al-Qiyāmah 75:17-18)[24]


Terminologi[sunting | sunting sumber]
Alquran adalah firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad yang dapat menjadi sarana ibadah dengan membacanya.[25]

Allah telah berfirman tentang berbagai definisi Al-Qur'an,[d] serta terdapat penegasan bahwa tiada yang mengingkari Al-Qur'an selain golongan yang celaka.[26]

Mayoritas ahli tafsir sepakat bahwa wahyu pertama yang diterima oleh nabi Muhammad adalah surah Al-'Alaq ayat 1-5.[27] Walaupun hal demikian tidak tertulis secara langsung di Al-Qur'an.[28]

Para ahli tafsir memiliki definisi tersendiri tentang Al-Qur'an, semisal Dr. Subhi Saleh yang mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:

"Kalam Allah yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W. dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah".

Adapun Muhammad Ali Ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:

"Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W. penutup para nabi dan rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surah Al-Fatihah dan ditutup dengan surah An-Nas"

Dengan definisi tersebut di atas, firman Allah yang diturunkan kepada nabi selain nabi Muhammad, tidak dinamakan Al-Qur'an, tetapi dinamakan sebagai hadis qudsi


Nama-nama lain[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Nama lain Al-Qur'an
Menurut sebagian ahli tafsir, terdapat banyak istilah dalam berbagai ayat Al-Qur'an yang dianggap merujuk sebagai nama lain Al-Qur'an.[22][29] Berikut merupakan nama-nama tersebut serta ayat yang mencantumkannya:

Al-Kitab (Buku)[30][31]
Al-Furqan (Pembeda benar salah)[32]
Adz-Dzikr (Pemberi peringatan)[33]
Al-Mau'idhah (Pelajaran/nasihat)[34]
Al-Hukm (Peraturan/hukum)[35]
Al-Hikmah (Kebijaksanaan)[36]
Asy-Syifa (Obat/penyembuh)[34][37]
Al-Huda (Petunjuk)[34][38][39][40]
At-Tanzil (Yang diturunkan)[41]
Ar-Rahmat (Karunia)[38]
Ar-Ruh (Ruh)[42]
Al-Bayan (Penerang)[43]
Al-Kalam (Ucapan/firman)[44]
Al-Busyra (Kabar gembira)[45]
An-Nur (Cahaya)[46]
Al-Basha'ir (Pedoman)[47]
Al-Balagh (Penyampaian/kabar)[48]
Al-Qaul (Perkataan/ucapan)[49]
Struktur


Struktur[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Surah, Makkiyah, dan Madaniyah
Al-Qur'an terdiri atas 114 surah, 30 juz dan 6236 ayat menurut riwayat Hafsh,[50] 6262 ayat menurut riwayat ad-Dur, atau 6214 ayat menurut riwayat Warsy.[51][52] Secara umum, Al-Qur'an terbagi menjadi 30 bagian yang dikenal dengan nama juz. Pembagian juz memudahkan mereka yang ingin menuntaskan pembacaan Al-Qur'an dalam kurun waktu 30 hari. Terdapat pembagian lain yang disebut manzil, yang membagi Al-Qur'an menjadi 7 bagian.

Surah[sunting | sunting sumber]
Question book-new.svg
Bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak. Materi yang tidak memiliki sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu oleh Pengurus.
Tag ini diberikan tanggal Juni 2018
Setiap surah dalam Al-Qur'an terdiri atas sejumlah ayat, mulai dari surah-surah yang terdiri atas 3 ayat; yakni surah Al-Kautsar, An-Nasr dan Al-Asr, hingga surah yang mencapai 286 ayat; yakni surah Al-Baqarah. Surah-surah umumnya terbagi ke dalam subbagian pembahasan yang disebut ruku.'

Lafadz Bismillahirahmanirrahim (بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) merupakan ciri di hampir seluruh pembuka surah di Al-Qur'an selain Surah At-Taubah. Walaupun demikian, terdapat 114 lafadz Bismillahirahmanirrahim yang setara dengan jumlah 114 surah dalam Al-Quran, oleh sebab lafadz ini disebut dua kali dalam Surah An-Naml, yakni pada bagian pembuka surah serta pada ayat ke-30 yang berkaitan dengan sebuah surat dari raja Sulaiman kepada ratu Saba.

Makkiyah dan Madaniyah[sunting | sunting sumber]
Menurut tempat diturunkannya, surah-surah dapat dibagi atas golongan Makkiyah (surah Mekkah) dan golongan Madaniyah (surah Madinah).[53] Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu yang diperkirakan terjadi penurunan surah maupun ayat tertentu, di mana surah-surah yang turun sebelum Rasulullah S.A.W. hijrah ke Madinah digolongkan sebagai surah Makkiyah sementara surah-surah yang turun setelahnya tergolong sebagai surah Madaniyah.

Surah yang turun di Mekkah pada umumnya surah-surah dengan jumlah ayat yang sedikit, berisi prinsip-prinsip keimanan dan akhlaq, panggilannya ditujukan kepada manusia. Sedangkan surah-surah yang turun di Madinah pada umumnya memiliki jumlah ayat yang banyak, berisi peraturan-peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan, ataupun seseorang dengan lainnya (syari'ah) maupun pembahasan-pembahasan lain. Pembagian berdasar fase sebelum dan sesudah hijrah ini dianggap lebih tepat, sebab terdapat surah Madaniyah yang turun di Mekkah.[54]

Penggolongan menurut jumlah ayat[sunting | sunting sumber]
Question book-new.svg
Bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak. Materi yang tidak memiliki sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu oleh Pengurus.
Tag ini diberikan tanggal Juni 2018
Artikel utama: Pembagian Alquran menurut jumlah ayat
Dari segi jumlah ayat, surah-surah yang ada di dalam Al-Qur'an terbagi menjadi empat bagian:

Al-Sab' al-ṭiwāl (tujuh surah yang panjang), enam di antaranya surah Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisaa', Al-A'raaf, Al-An'aam, dan Al Maa-idah. Surah yang ketujuh adalah Surah Al-Anfal dan Surah At-Taubah sekaligus.
Al-Mi'ūn (seratus ayat lebih), seperti Syu'ara, Hud, Yusuf, Al-Mu'min, As-Saffat, Ta Ha, An-Nahl, Al-Anbiya, Al-Isra dan Al-Kahfi.
Al-Maṡānī (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti Al-Anfaal, Al-Hijr. Maryam, Al-Waqi'ah, An-Naml, Az-Zukhruf, Al-Qasas, Shaad, Al-Mu'minun, Yasin dan sebagainya.
Al-Mufaṣṣal (surah-surah singkat), seperti Adh-Dhuha, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas dan sebagainya.

jjjjj


Al-Qur'an memberikan dorongan yang besar untuk mempelajari sejarah dengan secara adil, objektif dan tidak memihak.[55] Dengan demikian tradisi sains Islam sepenuhnya mengambil inspirasi dari Al-Qur'an, sehingga umat Muslim mampu membuat sistematika penulisan sejarah yang lebih mendekati landasan penanggalan astronomis.

Periode penurunan Al-Qur'an[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Periode penurunan Al-Qur'an
Artikel utama: Asbabun Nuzul
Al-Qur'an tidak turun secara sekaligus dalam satu waktu melainkan berangsur-angsur supaya meneguhkan diri Rasul.[56] Menurut sebagian ulama, ayat-ayat al-Qur'an turun secara berangsur-angsur dalam kurun waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari; dan ada pula sebagian ulama lain yang berpendapat bahwa Al-Qur'an diwahyukan secara bertahap dalam kurun waktu 23 tahun (dimulai pada 22 Desember 603 M).[57] Para ulama membagi masa turunnya ini dibagi menjadi dua periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah yang membentuk penggolongan surah Makkiyah dan surah Madaniyah. Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah S.A.W. dan surah-surah yang turun pada waktu ini tergolong surah Makkiyyah. Sementara periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surah yang turun pada kurun waktu ini disebut surah Madaniyah. Ilmu Al-Qur'an yang membahas mengenai latar belakang maupun sebab suatu ayat atau beberapa ayat al-Qur'an diturunkan disebut Asbabun Nuzul.

Penulisan Al-Qur'an dan perkembangannya[sunting | sunting sumber]
Penulisan ayat-ayat al-Qur'an dilakukan serta diselesaikan pada masa nabi Muhammad yang merupakan seorang Arab,[58][59][60] Pertanggungjawaban isi Al-Qur'an berada pada Allah, sebab kemurnian dan keaslian Al-Qur'an dijamin oleh Allah.[61] Sementara itu sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa transformasi Al-Qur'an menjadi teks saat ini tidak diselesaikan pada zaman nabi Muhammad, melainkan proses penyusunan Al-Qur'an berlangsung dalam jangka waktu lama sejak masa Khulafaur Rasyidin hingga khalifah Utsman bin Affan.

Masa Nabi Muhammad[sunting | sunting sumber]
Menurut riwayat para ahli tafsir, ketika Nabi Muhammad masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menulis Al-Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab.[62] Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.

Masa Khulafaur Rasyidin[sunting | sunting sumber]
Pemerintahan Abu Bakar[sunting | sunting sumber]
Question book-new.svg
Bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak. Materi yang tidak memiliki sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu oleh Pengurus.
Tag ini diberikan tanggal Juni 2018
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam perang yang dikenal dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur'an dalam jumlah yang signifikan. Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an yang saat itu tersebar di antara para sahabat. Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator pelaksanaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafshah yang juga istri Nabi Muhammad.[butuh rujukan]

Pemerintahan Utsman bin Affan[sunting | sunting sumber]
Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku. Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan dengan standardisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam pada masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.

Mengutip hadis riwayat Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashahif, dengan sanad yang shahih:

Suwaid bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan: Katakanlah segala yang baik tentang Utsman. Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai mushaf-mushaf Al-Qur'an sudah atas persetujuan kami. Utsman berkata, 'Bagaimana pendapatmu tentang isu qira'at ini? Saya mendapat berita bahwa sebagian mereka mengatakan bahwa qira'atnya lebih baik dari qira'at orang lain. Ini hampir menjadi suatu kekufuran'. Kami berkata, 'Bagaimana pendapatmu?' Ia menjawab, 'Aku berpendapat agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.' Kami berkata, 'Pendapatmu sangat baik'."
Menurut Syaikh Manna' Al-Qaththan dalam Mahabits fi 'Ulum Al-Qur'an, keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah disepakati oleh para sahabat. Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim utusan kepada Hafsah untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Lalu Utsman memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam. Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraisy tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al-Qur'an turun dalam dialek bahasa mereka. Namun terdapat keterangan bahwa dialek bahasa yang dipergunakan di Al-Qur'an merupakan dialek Arab murni.[63]

Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, Utsman mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan Madinah (mushaf al-Imam).

kkkk


Upaya-upaya untuk mengetahui isi dan maksud Al-Qur'an telah menghasilkan proses penerjemahan (literal) dan penafsiran (lebih dalam, mengupas makna) dalam berbagai bahasa. Namun hasil usaha tersebut dianggap sebatas usaha manusia dan bukan usaha untuk menduplikasi ataupun mengganti teks yang asli dalam bahasa Arab, sebab teks yang asli memiliki ciri kebahasaan dan berbagai istilah khusus yang tidak ditemui dalam terjemahan bahasa lain.[64] Dengan demikian, kedudukan terjemahan dan tafsir yang dihasilkan tidaklah sama dengan Al-Qur'an itu sendiri.[65]

Terjemahan[sunting | sunting sumber]
Terjemahan Al-Qur'an adalah hasil usaha penerjemahan secara literal terhadap teks bahasa Arab Al-Qur'an tanpa disertai dengan usaha interpretasi lebih jauh. Al-Qur'an menggunakan suatu lafazh dengan berbagai gaya dan untuk suatu maksud yang bervariasi; kadang-kadang untuk arti hakiki, kadang-kadang pula untuk arti majazi (kiasan) atau arti dan maksud lainnya.

Terjemahan Al-Qur'an dalam bahasa Indonesia:

Al-Qur'an dan Terjemahannya, oleh Departemen Agama Republik Indonesia, ada dua edisi revisi, yaitu tahun 1989 dan 2002
Terjemah Al-Qur'an, oleh Prof. Mahmud Yunus
An-Nur, oleh Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash-Siddieqy
Al-Furqan, oleh A. Hassan guru Persatuan Islam
Al-Qur'anu'l-Karim Bacaan Mulia, oleh Hans Bague Jassin
Terjemahan Al-Qur'an dalam bahasa Inggris:

The Holy Qur'an: Text, Translation and Commentary, oleh Abdullah Yusuf Ali
The Meaning of the Holy Qur'an, oleh Marmaduke Pickthall
Terjemahan Al-Qur'an dalam berbagai bahasa daerah di Indonesia:

Al-Amin (bahasa Sunda)
Al-Ibriz (bahasa Jawa), oleh K. Bisyri Mustafa Rembang
Al-Qur'an dan Terjemahnya Bahasa Sasak (bahasa Sasak), oleh tim penerjemah dari IAIN Mataram[66]
Al-Qur'an Suci Basa Jawi (bahasa Jawa), oleh Prof. K.H.R. Muhammad Adnan
Qur'an bahasa Sunda oleh K.H. Qomaruddien
Qur'an Kejawen (bahasa Jawa), oleh Kemajuan Islam Jogyakarta
Qur'an Suadawiah (bahasa Sunda)
Terjemahan Al-Qur'an dalam bahasa Bugis (huruf lontara), oleh KH Abdul Muin Yusuf
Tafsir[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Tafsir Al-Qur'an
Upaya penafsiran Al-Qur'an telah berkembang sejak zaman hidupnya nabi Muhammad, saat itu para sahabat dapat menanyakan kepada sang Nabi jika memerlukan penjelasan atas ayat tertentu. Kemudian setelah wafatnya nabi Muhammad hingga saat ini, usaha menggali lebih dalam ayat-ayat Al-Qur'an terus berlanjut. Metodologi yang umum digunakan para mufassirin berupa metode analitik, tematik, hingga perbandingan antar ayat, dan dengan mengetahui asbabu nuzul nya al qur'an, itu adalah salah satu cara untuk menafsirkan al qur'an [67]. Corak penafsiran yang dihasilkan berupa tafsir bercorak sastra-bahasa, sastra-budaya, filsafat, teologis bahkan ilmiah. Akan tetapi, adanya berbagai ayat Al-Qur'an yang masih misterius bagi para ahli tafsir, membuktikan bahwa pengetahuan dan ilmu manusia yang terbatas tidak sanggup menandingi sebuah Kitab berasal dari Ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu.[68] Serta terdapat keterangan bahwa inti ajaran Al-Qur'an adalah bagian-bagian tersurat yang mudah dipahami (muhkamat), sedangkan bagian-bagian tersirat yang rumit (mutasyahabihat) berada dalam Ilmu Allah.[69]

jjjj

Adab terhadap Al-Qur'an[sunting | sunting sumber]
Ada dua pendapat mengenai hukum menyentuh Al-Qur'an terhadap seseorang yang sedang junub, perempuan haid dan nifas. Pendapat pertama mengatakan bahwa jika seseorang sedang mengalami kondisi tersebut tidak boleh menyentuh Al-Qur'an sebelum bersuci. Sedangkan pendapat kedua mengatakan boleh dan sah saja untuk menyentuh Al-Qur'an, karena tidak ada dalil yang menguatkannya.[70]

Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. (Al-Waqiah 56:77-79)
Pendapat pertama
Pendapat kelompok pertama meyakini seseorang diharuskan berwudhu sebelum menyentuh sebuah mushaf Al-Qur'an. Hal ini berdasarkan tradisi dan interpretasi secara literal dari surah Al Waaqi'ah di atas. Penghormatan terhadap teks tertulis Al-Qur'an adalah salah satu unsur penting kepercayaan bagi sebagian besar Muslim. Mereka memercayai bahwa penghinaan secara sengaja terhadap Al-Qur'an adalah sebuah bentuk penghinaan serius terhadap sesuatu yang suci. Berdasarkan hukum pada beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim, hukuman untuk hal ini dapat berupa penjara kurungan dalam waktu yang lama dan bahkan ada yang menerapkan hukuman mati.

Pendapat kedua
Pendapat kedua mengatakan bahwa yang dimaksud oleh surah Al Waaqi'ah di atas ialah: "Tidak ada yang dapat menyentuh Al-Qur'an yang ada di Lauhul Mahfudz sebagaimana ditegaskan oleh ayat yang sebelumnya (ayat 78) kecuali para Malaikat yang telah disucikan oleh Allah." Pendapat ini adalah tafsir dari Ibnu Abbas dan lain-lain sebagaimana telah diterangkan oleh Al-Hafidzh Ibnu Katsir di tafsirnya. Bukanlah yang dimaksud bahwa tidak boleh menyentuh atau memegang Al-Qur'an kecuali orang yang bersih dari hadats besar dan hadats kecil.

Pendapat kedua ini menyatakan bahwa jikalau memang benar demikian maksudnya tentang firman Allah di atas, maka artinya akan menjadi: Tidak ada yang menyentuh Al-Qur'an kecuali mereka yang suci (bersih), yakni dengan bentuk faa'il (subjek/pelaku) bukan maf'ul (objek). Kenyataannya Allah berfirman: "Tidak ada yang menyentuhnya (Al-Qur'an) kecuali mereka yang telah disucikan", yakni dengan bentuk maf'ul (objek) bukan sebagai faa'il (subjek).

"Tidak ada yang menyentuh Al-Qur'an kecuali orang yang suci."[71] Yang dimaksud oleh hadis di atas ialah: Tidak ada yang menyentuh Al-Qur'an kecuali orang mu'min, karena orang mu'min itu suci tidak najis sebagaimana sabda Nabi Muhammad. "Sesungguhnya orang mu'min itu tidak najis".[72]

Hubungan Al-Qur'an dengan kitab-kitab lain


Hubungan Al-Qur'an dengan kitab-kitab lain[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Hubungan Al-Qur'an dengan kitab lain
Berkaitan dengan adanya kitab-kitab yang dipercayai diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Muhammad S.A.W. yakni Shuhuf Ibrahim, Kitab Taurat, Zabur, maupun Injil, Di antara kitab-kitab suci tersebut, Allah secara khusus menyebut kedudukan "Al-Kitab yang diberikan kepada Musa" memiliki kaitan paling erat dengan Al-Qur'an.[73] Terdapat berbagai ayat di Al-Qur'an tentang penegasan kedudukan terhadap kitab-kitab tersebut. Berikut adalah beberapa pernyataan Al-Qur'an, mengenai hubungan Al-Qur'an dengan kitab-kitab tersebut:

Bahwasanya Al-Qur'an menuntut kepercayaan umat Islam terhadap kebenaran kitab-kitab tersebut.[74][75]
Bahwasanya Al-Qur'an diposisikan sebagai penggenapan dan batu ujian (verifikator) bagi kitab-kitab sebelumnya.[76]
Bahwasanya Al-Qur'an menjadi referensi untuk menghilangkan perselisihan pendapat antara umat-umat rasul yang berbeda.[77]
Bahwasanya Al-Qur'an meluruskan sejarah. Dalam Al-Qur'an terdapat riwayat-riwayat mengenai kaum dari rasul-rasul terdahulu, juga mengenai beberapa bagian mengenai kehidupan para rasul tersebut serta meluruskan beberapa aspek penting pada teks-teks lain di kalangan Bani Israil, Ahli Kitab, Yahudi dan Kristen.[78]
Bahwasanya Taurat, Injil beserta Al-Qur'an merupakan kesatuan utuh yang saling berkaitan dalam keimanan terhadap Kitab-Kitab Allah.[79]
Lihat pula[sunting | sunting sumber]
Kitab Allah
Nabi Islam
Majlis Tilawah Al-Qur'an Peringkat Antarabangsa
Catatan[sunting | sunting sumber]
^ Ragam pengucapan bahasa Inggris: /kəˈrɑːn/, /kəˈræn/, /kɔːrˈɑːn/, /kɔːrˈæn/, /koʊˈrɑːn/, /koʊˈræn/;[1] khusus dengan pengucapan quran /kʊrˈɑːn/, /kʊrˈæn/;[2] khusus Bahasa Inggris Britania /kɒrˈɑːn/.[3][4]
^ Ibrahim: 1, Ar-Ra'd: 1, Yunus: 108, Al-'Ankabut: 49
^ Suatu kata dalam bahasa Arab bisa memiliki lebih dari satu makna. Dalam kasus ini, قرأ (qara`a) memiliki makna جمع (jama'a, mengumpulkan) dan تلا (talâ, membaca). Dari kata قرأ diambil kata lain: القرية (al-qaryah), yang berarti desa karena di desa terkumpul keluarga-keluarga.
^ Surah Fussilat: 44, An-Nahl: 89, An-Nahl: 102, Maryam: 97, Yasin: 70, An-Naml: 76, Al-An'am: 70, Az-Zumar:55-59, Shaad: 29, Ibrahim: 52
Referensi[sunting | sunting sumber]
^ dictionary.reference.com: koran
^ dictionary.reference.com: quran
^ Cambridge dictionary: koran
^ Cambridge dictionary: quran
^ a b Nasr, Seyyed Hossein (2007). "Qurʼān". Encyclopædia Britannica Online. Diakses tanggal 2007-11-04.
^ Lambert, Gray (2013). The Leaders Are Coming!. WestBow Press. hlm. 287. ISBN 9781449760137.
^ Roy H. Williams; Michael R. Drew (2012). Pendulum: How Past Generations Shape Our Present and Predict Our Future. Vanguard Press. hlm. 143. ISBN 9781593157067.
^
Chronology of Prophetic Events, Fazlur Rehman Shaikh (2001) p. 50 Ta-Ha Publishers Ltd.
Quran 17:105
^ Living Religions: An Encyclopaedia of the World's Faiths, Mary Pat Fisher, 1997, page 338, I.B. Tauris Publishers.
^ Qur'an Al-Isra':106
^ Peters, F.E. (2003). The Words and Will of God. Princeton University Press. hlm. 12–13. ISBN 0-691-11461-7.
^ Brannon M. Wheeler (18 June 2002). Prophets in the Quran: An Introduction to the Quran and Muslim Exegesis. A&C Black. hlm. 2. ISBN 978-0-8264-4957-3.
^ Donner, Fred, "The historical context" in McAuliffe, J. D. (ed.), The Cambridge Companion to the Qur'ān (Cambridge University Press, 2006), p. 31–33.
^ Nasr (2003), p. 42[perlu rujukan lengkap]
^ Qur'an 2:67-76
^ Handbook of Islamic Marketing, Page 38, G. Rice – 2011
^ Literacy and Development: Ethnographic Perspectives – Page 193, Brian V Street – 2001
^ Alan Jones, The Koran, London 1994, ISBN 1-84212-609-1, opening page.
"Its outstanding literary merit should also be noted: it is by far, the finest work of Arabic prose in existence."

^ Arthur Arberry, The Koran Interpreted, London 1956, ISBN 0-684-82507-4, p. 191.
“It may be affirmed that within the literature of the Arabs, wide and fecund as it is both in poetry and in elevated prose, there is nothing to compare with it.”

^ Apocalypse And/or Metamorphosis – Page 81, Norman Oliver Brown – 1991
^ Al-Utsaimin 2001, hlm. 3
^ a b Abbas Jaffer; Masuma Jaffer (2009). Quranic Sciences. ICAS press. hlm. 11–15. ISBN 1-904063-30-6.
^ "Quran", "Koran". Oxford English Dictionary. Oxford University Press. 2nd ed. 1989.
^ 75:12
^ Al-Qaththan 2002, hlm. 16.
^ Surah Al-Baqarah: 99, Al-Ankabut: 47, Al-An'am: 26
^ Al-A'zami, M.M., (2005), Sejarah Teks Al-Qur'an dari Wahyu sampai Kompilasi, (terj.), Jakarta: Gema Insani Press, ISBN 979-561-937-3.
^ Surah Al-Qalam: 36-44, Al-Qalam: 57, Al-An'am: 148-149, Yunus: 35-36
^ Nasr, Seyyed Hossein (2007). "Qurʼān". Encyclopædia Britannica Online.
^ "Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa," (Al-Baqarah 2:2)
^ "Demi Kitab (Al-Qur'an) yang menjelaskan," (Ad-Dhukan 44:2)
^ "Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam," (Al-Furqan 25:1)
^ "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (Al-Hijr 15:9)
^ a b c "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Yunus 10:57)
^ "...dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al-Qur'an itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab, dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah." (Ar-Ra'd 13:37)
^ "Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu, dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah)." (Al-Isra 17:39)
^ "...dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian." (Al-Isra 17:82)
^ a b "...dan sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (An-Naml 27:77)
^ "...dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al-Qur'an), kami beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan." (Al-Jin 72:13)
^ "Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai." (At-Tawbah 9:33)
^ "...dan sesungguhnya Al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam," (Asy-Syuara 26:192)
^ "...dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami, dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus." (Asy-Syuraa 42:52)
^ "(Al-Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa." (Al-Imran 3:138)
^ "...dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui." (At-Tawbah 9:6)
^ "Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)"." (An-Nahl 16:102)
^ "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al-Qur'an)." (An-Nisa 4:174)
^ "Al-Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini." (Al-Jatsiyah 45:20)
^ "(Al-Qur'an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran." (Ibrahim 14:52)
^ "...dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al-Qur'an) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran." (Al-Qashash 28:51)
^ (Arab) Mushaf al-Madinah an-Nabawiyah (bi-Riwayah Hafsh). Madinah: Mujamma' al-Malik Fahd li-Thiba'ah al-Mushaf asy-Syarif. Halaman Ba'.
^ (Arab) Mushaf al-Madinah an-Nabawiyah bi-Riwayah ad-Durr 'an Abi Amr al-Bashri. Madinah: Mujamma' al-Malik Fahd li-Thiba'ah al-Mushaf asy-Syarif. Halaman Jim.
^ Jalaluddin ‘Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthy (849-911 H), al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an an-Nau’ at-tasi’ ‘asyar ‘adad suwar wa ayat wa kalimat wa huruf Al-Qur’an.
^ A. Rippin, Bulletin of the School of Oriental and African Studies, University of London, Vol. 45, No. 1. (1982), pp. 149-150.
^ Abu Ishaq Ibrahim bin Musa asy-Syatiby, Al-Muwafaqat, Kitab al-Ijtihad al-masalah ar-rabi’ah ‘asyarah tharf al-ijtihad al-khash bi al-’ulama wa al-’am bi al-mukallafin –at-Takallum ‘an ahwal at-Tasyri’ wa al-bad al-makkiy wa usul al-’amah-, Dar Ibnu Qayyim/ Dar Ibnu ‘Affan, 1424/ 2003
^ Rahman, A., (2007), Ensiklopediana Ilmu dalam Al-Quran: Rujukan Terlengkap Isyarat-Isyarat Ilmiah dalam Al-Quran, (terj.), Bandung: Penerbit Mizania, ISBN 979-8394-43-7
^ Surah Al-An'am: 89
^ Chronology of Prophetic Events, Fazlur Rehman Shaikh (2001) p. 50 Ta-Ha Publishers Ltd.
^ Surah Fussilat: 44
^ Surah Al-Hijr: 97, Luqman: 23, Muhammad: 2-3, Furqan: 30-31, Al-'Ankabut: 48-49, Al-A'raf: 2
^ Surah Al-Qiyamah: 16-19
^ Surah Ar-Ra'd: 19, Hud: 1, Al-Hijr: 1, Az-Zumar: 1, Ghaafir: 2, Al-Ahqaf: 2, Al-Hijr: 9
^ Tabatabai, Sayyid M. H. (1987). The Qur'an in Islam : its impact and influence on the life of muslims. Zahra Publ. ISBN 0710302665.
^ Surah An-Nahl: 103, Al-Qalam: 35-40
^ Leaman, Oliver (2006). The Qur'an: an Encyclopedia. New York, NY: Routledge. ISBN 0-415-32639-7.
^ Aslan, Reza (20 November 2008). "How To Read the Quran". Slate. Diakses tanggal 25 Februari 2017.
^ Haris, Tawalinuddin (2017). "Al-Qur'an dan Terjemahnya Bahasa Sasak: Beberapa Catatan". SUHUF Jurnal Pengkajian Al-Qur'an dan Budaya. 1. Jakarta: Lajnah Pentahihan Mushaf Al-Qur'an (10): 211–226. ISSN 1979-6544.
^ Ismail al-Faruqi dalam The Cultural Atlas of Islam (Atlas Budaya Islam) menjelaskan, "tidak mungkin seseorang bisa memahami ayat Alquran tanpa mengetahui sebab-sebab turunnya ayat Alquran, suatu hal yang mustahil untuk memahami suatu ayat tanpa mengetahui latar belakang dan konteks historis ayat tersebut, kapan turunnya, dan bagaimana keadaan waktu itu.”
^ Surah At-Talaq: 12, Ta Ha: 98, Al-An'am: 80
^ Surah Ali-Imran: 7, Al-Mudassir: 30-31
^ Almanhaj: Hukum menyentuh atau memegang Al-Qur'an bagi orang junub, wanita haid dan nifas (diakses pada 8 Juli 2010)
^ Shahih riwayat Daruquthni dari jalan Amr bin Hazm, dan dari jalan Hakim bin Hizaam diriwayatkan oleh Daruquthni, Hakim, Thabrani di kitabnya Mu'jam Kabir dan Mu'jam Ausath dan lain-lain, dan dari jalan Ibnu Umar diriwayatkan oleh Daruquthni dan lain-lain, dan dari jalan Utsman bin Abil Aash diriwayatkan oleh Thabrani di Mu'jam Kabir dan lain-lain. Irwaa-ul Ghalil no. 122 oleh Syaikhul Imam Al-Albani. Dia telah mentakhrij hadis di atas dan menyatakannya shahih.
^ Shahih riwayat Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah, Ahmad dan lain-lain dari jalan Abu Hurairah, ia berkata: "Rasulullah S.A.W. pernah menjumpaiku di salah satu jalan dari jalan-jalan yang ada di Madinah, sedangkan aku dalam keadaan junub, lalu aku menyingkir pergi dan segera aku mandi kemudian aku datang (menemui dia), lalu dia bersabda, "Kemana engkau tadi wahai Abu Hurairah?" Jawabku, "Aku tadi dalam keadaan junub, maka aku tidak suka duduk bersamamu dalam keadaan tidak bersih (suci)". Maka dia bersabda, "Subhanallah! Sesungguhnya orang mu'min itu tidak najis". (Dalam riwayat yang lain dia bersabda, "Sesungguhnya orang muslim itu tidak najis").
^ Surah Al-Ahqaf:12, Al-Ahqaf: 30, Al-An'aam: 91-92, Al-Qasas: 44-50
^ "...dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya Akhirat. (Surah Al-Baqarah 2:4)
^ Surah Al-An'aam: 157
^ "...dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur'an dengan membawa kebenaran, menggenapi apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu Dia beritahukan kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu," (Al-Mā'idah 5:48)
^ Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi syaitan menjadikan umat-umat itu menganggap baik perbuatan mereka sendiri, maka syaitan menjadi pemimpin mereka pada hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih, dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (An-Naĥl 16:63-64)
^ Surah Al-Imran: 65-67, Al-Baqarah: 113, Al-Baqarah: 140, Al-Furqan: 33, Al-Maidah: 15, An-Nahl: 64, Ar-Ra'd: 36, Al-Baqarah: 213, Asy-Syura: 10
^ Surah Al-Baqarah: 136, Ali-Imran: 84, Al-Mā'idah:43, Surah Al-Mā'idah:49, Al-Mā'idah:66, Al-Mā'idah:68, Saba: 31-32
Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]
Bahasa Indonesia[sunting | sunting sumber]
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur'an dan Terjemahannya.
Baidan, Nashruddin (2003). Perkembangan Tafsir Al-Qur'an di Indonesia. Solo: Tiga Serangkai. ISBN 9789796682133.
Baltaji, Muhammad (2005). Metodologi Ijtihad Umar bin Al Khatab. (terjemahan H. Masturi Irham, Lc). Jakarta: Khalifa. ISBN 979-99129-0-3.
Faridl, Miftah; Syihabudin, Agus (1989). Al-Qur'an, Sumber Hukum Islam yang Pertama. Bandung: Penerbit Pustaka. OCLC 65583166.
Ichwan, Muhammad Nor (2001). Memasuki Dunia Al-Qur'an. Semarang: Lubuk Raya.
Ilyas, Yunahar (1997). Feminisme dalam Kajian Tafsir Al-Qur'an Klasik dan Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Shihab, Muhammad Quraish (1993). Membumikan Al-Qur'an. Bandung: Mizan.
Wahid, Marzuki (2005). Studi Al-Qur'an Kontemporer: Perspektif Islam dan Barat. Bandung: Pustaka Setia.
Bahasa Asing[sunting | sunting sumber]
Al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih (2001). Ushûl fî at-Tafsîr (dalam bahasa bahasa Arab). Al-Maktabah al-Islamiyyah. Hapus pranala luar di parameter |title= (bantuan)
Hixon, Lex (2003). The heart of the Qurʼan : an introduction to Islamic spirituality (edisi ke-2.). Quest. ISBN 0835608220.
Hawting, G.R. (1993). Approaches to the Qur'ān (edisi ke-1. publ.). Routledge. ISBN 978-0-415-05755-4.
Rippin, Andrew (2006). The Blackwell companion to the Qur'an. Blackwell. ISBN 1-4051-1752-4.
Tabatabae, Sayyid Mohammad Hosayn (1988). The Qur'an in Islam: Its Impact and Influence on the Life of Muslims. Routledge. ISBN 978-0-7103-0266-3.
Neal Robinson, Discovering the Qur'an, Georgetown University Press, 2002. ISBN 978-1-58901-024-6
Sells, Michael, Approaching the Qur'ān: The Early Revelations, White Cloud Press, Book & CD edition (15 November 1999). ISBN 978-1-883991-26-5
Wild, Stefan (1996). The Quʼran as Text. Brill. ISBN 978-90-04-09300-3.
Bell, Richard; William Montgomery Watt (1970). Bell's introduction to the Qurʼān. Edinburgh University Press. ISBN 978-0-7486-0597-2.
Rahman, Fazlur (2009) [1989]. Major Themes of the Qur'an (edisi ke-Second). University Of Chicago Press. ISBN 978-0-226-70286-5.
Peters, F. E. (1991). "The Quest of the Historical Muhammad". International Journal of Middle East Studies.
Peters, Francis E. (2003). The Monotheists: Jews, Christians and Muslims in Conflict and Competition. Princeton University Press. ISBN 978-0-691-12373-8.
Nasr, Seyyed Hossein (2007). "Qurʾān". Encyclopædia Britannica Online.
Nasr, Seyyed Hossein (2003). Islam: Religion, History and Civilization. HarperSanFrancisco. ISBN 978-0-06-050714-5.
Kugle, Scott Alan (2006). Rebel Between Spirit And Law: Ahmad Zarruq, Sainthood, And Authority in Islam. Indiana University Press. ISBN 978-0-253-34711-4.
Esposito, John; Yvonne Yazbeck Haddad (2000). Muslims on the Americanization Path?. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-513526-8.
Corbin, Henry (1993) [1964 (in French)]. History of Islamic Philosophy, Translated by Liadain Sherrard, Philip Sherrard. London; Kegan Paul International in association with Islamic Publications for The Institute of Ismaili Studies. ISBN 978-0-7103-0416-2.
Rahman, Fazlur (2009) [1989]. Major Themes of the Qur'an (edisi ke-Second). University Of Chicago Press. ISBN 978-0-226-70286-5.
Allen, Roger (2000). An Introduction to Arabic literature. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-77657-8.
Tafsir:

Artikel utama: Daftar tafsir
Al-Tabari, Jāmiʻ al-bayān ʻan taʼwīl al-qurʼān, Cairo 1955–69, transl. J. Cooper (ed.), The Commentary on the Qurʼān, Oxford University Press, 1987. ISBN 978-0-19-920142-6
Tabatabae, Sayyid Mohammad Hosayn. Tafsir al-Mizan.
Pembelajaran:

Stowasser, Barbara Freyer. Women in the Qur'an, Traditions and Interpretation, Oxford University Press; Reprint edition (1 June 1996), ISBN 978-0-19-511148-4
Gibson, Dan (2011). Qur'anic Geography: A Survey and Evaluation of the Geographical References in the Qur'an with Suggested Solutions for Various Problems and Issues. Independent Scholars Press, Canada. ISBN 978-0-9733642-8-6.
McAuliffe, Jane Dammen (1991). Qurʼānic Christians : an analysis of classical and modern exegesis. New York: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-36470-6.
Siljander, Mark D.; Mann, John David (2008). A Deadly Misunderstanding: a Congressman's Quest to Bridge the Muslim-Christian Divide. New York: Harper One. ISBN 9780061438288.
Literatur kritik:

M. M. Al-Azami (2003). The History of The Qur'anic Text: From Revelation to Compilation: A Comparative Study with the Old and New Testaments (edisi ke-First). UK Islamic Academy. ISBN 1-872531-65-2.
Gunter Luling (2003). A challenge to Islam for reformation: the rediscovery and reliable reconstruction of a comprehensive pre-Islamic Christian hymnal hidden in the Koran under earliest Islamic reinterpretations. New Delhi: Motilal Banarsidass Publishers. (580 Seiten, lieferbar per Seepost). ISBN 978-81-208-1952-8.
Luxenberg, Christoph (2004). The Syro-Aramaic Reading of the Koran: a contribution to the decoding of the language of the Koran, Berlin, Verlag Hans Schiler, 1 May 2007. ISBN 978-3-89930-088-8.
Puin, Gerd R.. "Observations on Early Quran Manuscripts in Sana'a", in The Qurʾan as Text, ed. Stefan Wild, E. J. Brill 1996, pp. 107–111.
Wansbrough, John. Quranic Studies, Oxford University Press, 1977
Ibn Warraq (editor) (2013). Koranic Allusions: The Biblical, Qumranian, and Pre-Islamic Background to the Koran. Prometheus Books. hlm. 463. ISBN 978-1616147594.
Ensiklopedia:

Encyclopaedia of the Qur'an. Jane Dammen McAuliffe et al. (eds.) (edisi ke-First). Brill Academic Publishers. 2001–2006. ISBN 978-90-04-11465-4.
The Qur'an: An Encyclopedia. Oliver Leaman et al. (eds.) (edisi ke-First). Routledge. 2005. ISBN 978-0-415-77529-8.
The Integrated Encyclopedia of the Qur'an. Muzaffar Iqbal et al. (eds.) (edisi ke-First). Center for Islamic Sciences. January 2013. ISBN 978-1-926620-00-8.
Jurnal Akademik:

"Journal of Qur'anic Studies / Majallat al-dirāsāt al-Qurʹānīyah". School of Oriental and African Studies. ISSN 1465-3591.
"Journal of Qur'anic Research and Studies". Medina, Saudi Arabia: King Fahd Qur'an Printing Complex.


cc
 
10 January 2020. 06.08 AM