Oleh : H. Dijono Al Husaeny
Sebuah film besar dimainkan di layar lebar di seluruh Indonesia pertengahan Agustus 2019 ini. Film berjudul Bumi Manusia itu bahkan punya kansbesar untuk menembus pasar Asia bahkan dunia. Film yang dibuat berdasarkan Novel Tetralogi Pramudya Ananta yang pernah menghebohkan dunia sastra dan politik dalam negeri.
Pada masa pemerintahan Orde Baru, Novel Bumi Manusia yang ditutup dengan Rumah Kaca adalah Novel yang oleh aparat hukum dilarang terbit dan disebarluaskan, apalagi dibaca lalu dibuat film. Alasan aparat hukum di era Pemerintahan Orde baru jelas. Novel tetralogi Pramudya ini adalah novel yang pada dasarnya adalah Novel yang mengajarkan bagaimana sebuah ide tentang komunismedisebarluaskan dan perjuangan kelas dimenangkan. Ide Komunisme yang dibungkus dalam sebuah novel yang indah dan mendayu-dayu, Menarik hati pembacanya lalu .....
Kenapa Tetralogi ? Karena ajaran komunis mengenal 4 tahapan dalam penyebaran ideologinya. Dan tahapan terakhir dalam ajaran komunisme adalah Revolusi rakyat yang didorong oleh revolusi kelas untuk menguasai pemerintahan dan mengendalikan negara. Di Novel Bumi Manusia sampai Rumah Kaca tahapan-tahapan ajaran ideologi Komunisme ini terlihat dengan jelas. Paling tidak demikian yang disampaikan oleh aparat penegak hukum di masa Orde Baru.

"Malaikat Jibril sudah Mati..."
itu adalah salah satu Opera yang pernah dimainkan oleh Lekra (sayap Seni PKI Partai Komunis Indonesia) menjelang tahun 1965 untuk menghina umat Islam tentang Malaikat Jibril.
"Apakah kalian melihat malaikat dengan mata kalian ? Apa ? Ah ternyata memang tidak kelihatan karena memang tidak ada... Atau dulunya memang ada.. mungkin ..berarti sekarang sudah mati... malaikat Jibril sudah mati...."
Terminologi kecil yang dilempar oleh komunisme memang hanya sepotong. Tidak menyerang secara keseluruhan dasar keyakinan agama. Akan tetapi semua dilakukan secara sistematis dan terprogram dengan sangat hati-hati dan cerdas.
Bagi sebagian besar generasi muda saat ini yang belum hadir pada masa Orde Baru pasti akan kesulitan memahami Novel "Hebat" Pramudya ini dengan kaca mata orde baru. Karena keterbatasan pemahaman tentang komunisme, ajaran-ajaran, strategi, dan terminologi yang mereka gunakan. Apalagi Novel "Hebat" Pramudya ini memenangkan anugerah Sastra Mangsasay dari Filipina. Novel inipun menjadi sangat terkenal di seluruh dunia. Apalagi setelah Novel ini dilarang oleh Orde Baru. Popularitas novel ini pun makin melejit di seluruh dunia.
Bagi generasi Orde baru yang pernah menjadi musuh bebuyutan komunisme memiliki pandangan yang lain dan benar benar berbeda. Ijin penerbitan kembali Buku Tetralogi Pramudya ini, berarti sebuah pukulan berat bagi generasi ini, sebuah kekalahan besar. Apalagi setelah sekarang film Bumi manusia muncul, sebuah ide novel yang kemudian divisualisasikan Buku HARAM di Masa Orde Baru ini sekarang bahkan muncul dalam bentuk visual dan film. Sebuah kekalahan besar di satu sisi dan sebuah kemenangan besar di sisi yang lain (Baca : Komunis !!!).
Menurut Orde Baru target akhir dari pembaca buku Tetralogi ini adalah MENJADI KOMUNIS. Siapa pun yang telah tamat membaca buku Tetralogi Pramudya akan menjadi komunis. Begitu keyakinan para ahli dan aparat keamanan yang diamini oleh pemerintah Orde Baru. Bagaimana jika film Bumi Manusia ini kemudian menjadi Booming dan melahirkan film berikutnya sampai berakhir serial keempatnya Rumah Kaca ?
Jika prediksi aparat keamanan Orde Baru benar, maka akan lahirlah jutaan pengikut komunis baru pasca melihat film ini.
Akan tetapi Orde Reformasi berpendapat berbeda. Masa Orde baru diwarnai dengan kebebasan yang luar biasa. Media massa bebas berekespresi, tanpa ada syarat apapun. Kebebasan berpendapat dan berekspresi penuh dirasakan oleh seluruh masyarakat.
Bahkan buku-buku beraroma komunispun dibebaskan berkeliaran bahkan secara legal. Tak ada aturan tentang OTB (Organisasi Tanpa Bentuk) yang dikonsepkandi masa orde baru atau istilah Provokator. Tak ada aturan tentang HOAX, karena pada waktu itu memang UU ITE belum diundangkan, masih menjadi bahan dan kajian akademis dibahas sejak tahun 1999 sampai tahun 2008.
Akan tetapi pertanyaannya, apakah memang harus seperti ini ? Sebuah ideologi memang dan sebuah ideologi coba disingkirkan.Tapi yang kita bicarakan ini adalah IDEOLOGI KOMUNIS yang tahap ke-4 Ajarannya adalah REVOLUSI RAKYAT. Dan Revolusi Rakyat gaya Komunis ini sudah beberapa kali dilakukan di Indonesia.
REVOLUSI RAKYAT versi komunis di Madiun yang gagal. Revolusi rakyat Versi Komunisme tahun 1965 yang gagal. Bahkan mungkin dalam catatan sejarah Revolusi Rakyat untuk memenangkan partai komunis Belanda di masa Penjajahan Belanda, yang melahirkan pemberangusan seluruh upaya pendidikan rakyat oleh para Pejuang Kemerdekaan pra Proklamasi Kemerdekaan 1945. Ideologi yang dibicarakan ini adalah ideologi Komunis (bukan idelologi yang lain !!!).
Lihat juga :
Ulasan Dan Opini : Ideologi Komunis, Bukan Bekas Anggota PKI
Usulan Larangan Poligami Gaya PSI, Bertentangan Dengan Pancasila
Lihat Tajuk Rencana Dan Opini Lebih Lanjut :