Kesengsaraan Dan Kemiskinan Karena Gaya Hidup Yang Salah
Menjelang berakhirnya sebuah periode politik, rezim pemerintahan yang berkuasa biasa menampilkan grafik kesuksesan, menurut versi mereka, dalam mengatasi berbagai masalah. Kemiskinan, pengagguran, kesengsaraan, biasanya diwakili oleh data-data tentang turunnya angka kemiskinan dan terhapusnya beberapa digit angka pengangguran dari data statistik.
Selama bertahun-tahun, puluhan tahun, cara-cara seperti ini terbuktimemberikan hasil maklumnya rakyat pada upaya dan kerja keras yang telah dilakukan oleh pemerintah. Rakyat sudah tidak perduli lagi, apakah data yang disampaikan memiliki nilai integritas atau tidak.
Yang penting upaya menghapus kesengsaraan dan kemiskinan sudah dijalankan. Mengenai hasilnya ? Yang penting tidak terjadi pada kita rakyat atau keluarga kita. Mungkin terjadi di yang lain. Biarkan saja terjadi di yang lain. Yang penting kita aman.
Menemukan Mata Air Kesengsaraan Rakyat
Kesengsaraan kehidupan sebenarnya secara luas dialami oleh sebagian besar rakyat di Indonesia. Suara-suara yang berbicara soal kenaikan harga,kekurangan keuangan, tidak ada pekerjaan, terbelit hutang, tekanan psikologis karena ekonomi, menghias berita yang datang susul menyusul di media massa dalam negeri.
Meski sempat tenggelam oleh hingar bingar politik akan tetapi itu tidaklah lama. Tekanan kehidupan yang terus menerus mengintai dan menakut-nakuti rakyat datang kembali sesaat setelah euforia politik kehilangan rasa.
Harga-harga naik tajam, import komoditas terus digalakkan, hutang bertambah besar, dan barang-barang baru masuk ke dalam negeri seperti air bah. Dan rakyat semakin sengsara kehidupannya hari demi hari.
Upaya memperbaiki penderitaan ini tidak terlalu terasa. Sebagian besar upaya yang coba diberikan hanya menjadi sebuah cerita indah yang hanya menjadi bayang-bayang fatamorgana semata. Kehidupan masih terasa sulit.
Akan tetapi yang terjadi kemudian adalah malah munculnya kesepakatan untuk bersama-sama menganggap penderitaan rakyat tidak pernah ada. Penderitaan itu tidak pernah ada. Lihatlah angka kemiskinan sudah semakin turun. Semua warga negara sudah bisa membeli motor dan mobil dengan cicilan yang murah. Jutaan komoditas transportasi terus membanjiri pasar dalam negeri. Produsen dalam negeri tak pernah mendapat kesempatan berkembang, selain bergerilya di sudut-sudut sepi negeri.
Rumah murah juga tersedia, meski mahal. Bagaimana menerangkan realitas sebuah rumah yang murah dan terjangkau rakyat akan tetapi mahal ? Lebih mudah kontrak dan sewa rumah daripada membeli rumah murah yang mahal.
Kesalahan Mendasar Pola Dan Gaya Hidup Rakyat
Mata air dari segala kesengsaraan yang muncul sebenarnya berasal dari sumber yang sangat sederhana. Kesengsaraan yang muncul sebenarnya berasal dari kesalahan mendasar pola dan gaya hidup rakyat sendiri.
Pola dan gaya hidup rakyat selama puluhan tahun terakhir telah dibelokkan ke arah yang bertentangan dengan ruang kehidupan yang dibentangkan oleh posisi dan karakter khas alam lingkungan.
Indonesia adalah negeri yang kaya raya, berlimpah kekayaan. Setiap orang yang mencoba mempelajari karakter dasar sumber daya alam Indonesia, pasti akan berdecak penuh kekaguman.
Negeri ini adalah negeri yang diberkahi. Tanahnya yang dianggap biasa-biasa saja oleh rakyat, adalah tanah yang sepanjang tahun siap mengeluarkan kekayaan dari langit dan bumi. Upaya sederhana dalam mengelola tanah bisa membuka pintu-pintu kekayaan yang terpendam di dalam bumi, dan yang melayang-layang di antara nafas hangat tubuh rakyat. Bandingkan tanah dan iklim Nusantara ini dengan iklim Gurun Pasir di Saudi Arabia yang kaya raya. Atau Iklim Sub Tropis Jerman yang penuh kemewahan hidup. Kenapa tanah yang penuh berkah ini tidak memberikan kekayaan dan berlimpahnya kehidupan bagi rakyat kita ?
Pola dasar fitrah rakyat Nusantara adalah pola dasar pertanian, perkebunan, kehutanan, dan kelautan. Selama ratusan tahun rakyat Nusantara dikenal sebagai rakyat yang pekerjaannya adalah menanam sesuatu untuk kehidupannya. Karakter dasar ini bahkan dikenali oleh Bangsa Penjajah seperti Belanda yang kemudian mengenalkan program keji tanam paksa. Program keji tanam paksa sempat menelan korban jutaan orang kelaparan dan meninggal selama masa kolonialisme yang konon berlangsung 350 tahun itu.
Sultan Agung Hanyokrokusuma, seorang Sultan Mataram yang cerdik memahami dengan baik karakter penanam rakyat Nusantara ini. Karena itu dengan kedok strategi mengirim tentara ke Batavia menyerang VOC Belanda, kekuasaan politik Sang Sultan membawa konsep pembukaan lahan jutaan hektar di sepanjang Pulau Jawa. JUtaan hektar lahan yang berhasil dibuka oleh Sultan Agung Hanyokro Kusuma inilah yang bahkan menjadi biang Swasembada pangan yang berhasil digaungkan pertama kali oleh Orde Baru Presiden Soeharto dan coba diteruskan oleh rezim-rezim pemerintahan baru jaman Orde Reformasi sampai saat ini.
Keberhasilan swasembada pangan yang dicapai oleh negara ternyata dibangun dasarnya oleh Sultan Agung Mataram ratusan tahun yang lalu.
Keputusan perang Sultan Agung sempat ditentang oleh berbagai ahli strategi perang dan politik. Bahkan kebijakan pengiriman puluhan ribu orang ke arah Barat menuju Batavia dihambat oleh upaya pemberontakan kecil kecilan di Jawa Barat dan sekitarnya.
Di daerah Parahiyangan terkenallah Perlawanan Patih Loddaya yang terkenal sebagai Pahlawan lokal
dalam melawan tentara Sultan Agung dari Mataram.
Akan tetapi pemahaman yang mendasar pada karakter rakyat Sang Sultan, membuat semua tantangan harus diatasi dengan cepat.
Tujuan utama Sultan Agung sebenarnya bukanlah semata-mata ingin menghancurkan VOC Belanda, karena kepandaian yang melekat pada Sultan Agung memberikan pemahaman bahwa hal itu tidak mungkin dengan mudah akan terjadi.
Meski Gubernur Jenderal Hindia Belanda (JP. Coen) berhasil tewas di akhir peperangan di Batavia, akan tetapi semua ahli strategi perang, ahli sejarah, dan politik dari masa ke masa gagal memahami dengan baik maksud Sang Sultan.
Kecintaan pada rakyat lah, yang membuat Sultan Agung menggubah Serat Sastra Gending. Sebuah serat yang menggambarkan betapa halusnya perasaan Sang Sultan pada kesengsaraan yang akan melanda rakyat Nusantara jika sang rakyat dibelokkan tujuan hidupnya dari karakter sejati yang telah diberikan Ilahi, sebagai karakter khas yang tidak berubah sepanjang masa.
Kedatangan Belanda adalah lambang datangnya jaman baru yang dipenuhi dengan keserakahan dan kebengisan. Upaya memperbudak rakyat dengan mesin bernama Revolusi Industri yang akan mambabat dan mencuri seluruh kebahagiaan sederhana yang dimilili oleh rakyat Nusantara.
Sultan Agung Hanyokro Kusuma, jelas memahami datangnya sebuah jaman baru yang dipicu oleh Revolusi Industri di Inggris yang terjadi beberapa puluh tahun sebelum perang Batavia. Karena Sang Pembuat Sastra Gending ini juga memahami gerakan Revolusi Perancis, Pendudukan benua Amerika oleh eks Warga Eropa dan penghancuran suku-suku Indian di Amerika yang sangat dahsyat.
Gelombang jaman baru yang datang, adalah gelombang keserakahan dan kebengisan yang ingin merampas apapun yang bisa dirampas. Dan VOC membawa lambang keserakahan itu ke Nusantara, diikuti oleh Inggris, Portugis, dan negara-negara Eropa lain yang membawa semangat keserakahan raksasa ke seluruh dunia.
Gaya Hidup Agraris Versus Industri
Masyarakat Nusantara adalah masyarakat agraris. Konsep yang tidak sejalan dengan karakter agraris masyarakat ini adalah konsep yang bodoh atau konsep yang memiliki tujuan menyesatkan arah jalan sejati rakyat.
Kondisi tropis, dengan tanah yang subur, yang dilingkupi debu vulkanis ribuan gunung berapi adalah sebuah tanda yang paling jelas, karakter agraris masyarakat Nusantara.
Ribuan gunung aktif yang siap meletus setiap saat membawa unsur pembawa kesuburan tanah pertanian, perkebunan dan kehutanan di Indonesia. Siapapun yang hidup di sekitar lokasi ini harus segera sadar bahwa pekerjaan yang pas untuk mereka hanyalah bertani dan bercocok tanam.
Rakyat harus segera disadarkan dari tidur, dari industri fatamorgana yang jauh dari unsur pertanian.
Karena itu menyesatkan. Bayangan fatamorgana yang salah itu akan menyengsarakan rakyat.
Gaya hidup ala revolusi Industri bukanlah gaya hidup rakyat Nusantara. Gaya hidup rakyat adalah gaya hidup agraris tropis yang kegiatannya dari hari ke hari hanyalah menjaga tanaman produksi tetap menghasilkan untuk kebutuhan sehari hari.
Beberapa penyesatan yang jelas di mata publik adalah kebijakan aneh import komoditas pertanian ke dalam negeri. Import beras, import garam, import bawang, import daging sapi, dan segala macam import yang ditujukan dengan alasan klise untuk menutup kebutuhan dalam negeri. Sementara sumber daya alam dalam negeri mampu menyediakan kebutuhan 10 kali lipat lebih besar, atau bahkan 100 kali lipat atau bahkan 1000 kali lipat lebih besar lagi.
Dengan mudah bisa diterka, bahwa di balik keputusan konyol yang temporer itu ada tercetak jutawan baru pedagang komoditas pertanian dadakan. Sebuah keputusan yang lucu yang dipaksakan di depan mata rakyat yang tidak juga terlalu bodoh untuk faham.
Inilah sumber kesengsaraan, kemiskinan, dan kemelaratan yang hari ini, saat ini dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia.
Rakyat dipaksa berubah identitas. Dari identitas agraris tropis, menjadi beridentitas industri sub tropis. Hati nurani rakyat tidak mampu menerima ini semua dan tidak pernah ada solusi yang mampu menyelesaikan masalah rakyat ini selamanya. Rezim pemerintahan akan terus berganti, akan tetapi hati nurani rakyat tak juga akan mampu menerima.
Kambing makan rumput, akan tetapi harimau makan daging. Jika Sang Harimau dipaksa makan rumput, maka dipaksa seperti apapun, kesedihan akan melanda hati nurani sang harimau. Demikian juga saat Kambing disuguhi untuk makan daging, maka kesengsaraan akan menggayuti hidup sang kambing.
Membangun Pendidikan Rakyat Mengembalikan Kesadaran Jati Diri
Permasalahan mendasar yang membuat rakyat sengsara bukanlah karena kekurangan yang datang melanda. Akan tetapi karena dikianatinya karakter sejati yang dimiliki oleh rakyat.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh rezim siapapun akan gagal membawa kebahagiaan rakyat yang sejati. Karena bukan beras atau pun bawang merah dan daging sapi yang dibutuhkan oleh rakyat. Akan tetapi upaya besar-besaran untuk mengembalikan kesadaran rakyat kepada khittah penciptaan, yang saat ini dibutuhkan. Pada saat rakyat sadar dan bergerak kembali bekerja sesuai khittah penciptaan inilah, akan terjadi sebuah revolusi besar kehidupan rakyat.
Kebutuhan yang saat ini mencekik rakyat, akan segera terpenuhi. Hutang-hutang akan mampu dibayar dan berbagai tekanan psikologis lain akan mampu diusir dari kehidupan rakyat. Dan kesejahteraan kebahagiaan rakyat pun akan tercipta.
Butuh sebuah infrastruktur pendidikan yang memadai dan dibangun besar-besaran. Agar kesadaran sejati rakyat ini bisa bangkit. Filosofis pendidikan yang berbau industri bukan agraris harus direvisi dan diubah menuju filosofis pendidikan non industri. Bukan berorientasi pada mencetak buruh akan tetapi pada karakter individu yang menggeluti kegiatan agraris.
Konsep land reform yang digaungkan dan dijadikan topik politik selama puluhan tahun adalah konsep yang memang harus direalisasikan. Bahwa setiap warga negara butuh luasan tanah minimal untuk gantungan kehidupannya, dalam konsep tanah yang diolah untuk sektor agraris. Bukan dalam kerangka pemberian aspek legal formal kepemilikan tanah yang kemudian didorong untuk dijadikan aset industri dengan memberikan aspek legal tanah tersebut ke para cukong berbaju perbankan. Seperti yang selama ini berlangsung, dipelihara, dan diperbesar.
Profil kepemilikan tanah pun menjadi berubah. Satu dua orang dengan kepemilikan tanah ribuan hektar, dan jutaan warga negara yang tanahnya tersandera oleh industri, dan sisanya puluhan juta warga negara yang lain tidak memiliki tanah.
Mengembalikan kesadaran rakyat kepada fungsi sejati agrarisnya bukanlah sebuah proses yang sederhana. Karena di tengah-tengah rakyat saat ini telah berkecamuk inspirasi dan ide salah tentang khittah masyarakat industri. Bahkan khittah masyarakat industri itu saat ini diberikan nomor, untuk menunjukkan betapa sangat dominannya konsep khittah palsu ini. Masyarakat industri 4.0, sebuah ide dan inspirasi khittah masyarakat rakyat yang dipenuhi dengan fatamorgana, kebohongan, dan kelicikan khas masyarakat Revolusi Industri.
Revolusi Industri yang terjadi 500 tahunan yang lalu di Inggris dan menyebar ke beberapa negara Eropa yang lain, adalah dipicu oleh kondisi miskin sumber daya alam yang dimiliki oleh Inggris. Negara yang memiliki protektorat terbesar di seluruh dunia ini sebenarnya adalah negara yang sangat miskin dan terbatas.
Kebutuhan hidup yang naik dan gagal dipenuhi oleh sumber daya alam dalam negeri, membuat Inggris mengembangkan sebuah gerakan besar Revolusi Industri yang awalnya dilakukan di lingkup industri tenun, textile. Semangat penuh keserakahan Inggris yang kemudian menjajah puluhan negara di seluruh dunia untuk dijadikan protektoratnya adalah bukti nyata upaya keras negara dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya di tengah himpitan kesulitan sumber daya alam yang parah. Sumber daya alam yang sangat terbatas ini ditambah dengan kondisi lingkung sub tropis yang secara praktis hanya memiliki waktu 3-4 bulan waktu tanam agraris per tahun. Kesengsaraan kehidupan ini yang disebarkan ke seluruh dunia oleh Inggis dengan motto gold, glory, dan gospel, yang ternyata hanyalah motto palsu yang lebih menimbulkan kesengsaraan dibandingkan gold dan glory, dan menyebarluaskan penderitaan dibandingkan kebahagian gospel yang suci.
Keberhasilan negara Inggris memenuhi kebutuhan rakyat nya dengan konsep keserakahan inilah yang saat ini ditularkan kepada seluruh umat manusia dan bahkan sampai saat ini berbuah menjadi konsep industri 4.0 yang mempesona itu.
Konsep ini jelas pantas untuk kondisi negara dan masyarakat yang miskin dan terbatas sumber daya alam seperti Inggris. Akan tetapi membawa kesengsaraan dan penderitaan baru pada masyarakat dan rakyat dengan kondisi sumber daya alam kaya raya dan khittah langit seperti masyarakat rakyat Nusantara.
Sulitnya memberikan pemahaman yang komprehensif seperti ini, sehingga bahkan Sultan Agung Hanyokro Kusuma menggunakan kekuasaan yang dimilikinya untuk memaksakan unsur kebahagiaan rakyat ini dengan sebuah topik perang melawan VOC Belanda di Batavia. Padahal yang lebih banyak dilalukan oleh Sultan Agung HanyokroKusumo adalah mengirimkan para petani dari Mataram untuk mencetak sawah-sawah pertanian baru di seluruh Pulau Jawa. Seluruh tanah kosong di Pulau Jawa dari wilayah Banten sampai ujung Jawa Timur dipaksa dibuat sawah-sawah baru. Karena visi bahwa Pulau Jawa akan menjadi Pulau yang menanggung dan menjadi tempat hidup 85 % rakyat Nusantara
mampu diterima dan difahami oleh Sang Sultan bahkan ratusan tahun sebelum masa itu tiba.
Jika tidak karena sawah-sawah peninggalan Sang Sultan Agung itu, maka dari mana 85 % rakyat Indonesia saat ini dipenuhi kebutuhan dasar pangannya ? Dari kegiatan import bahan pangan yang mencoleng uang negara dengan tujuan sesaat membuat cucu sang konglomerat mendapatkan modal baru yang besar untuk memulai bisnis baru ? Terlalu naif untuk menyatakan bahwa kebutuhan rakyat dipenuhi oleh kebijakan import bahan pangan yang dilakukan oleh para rezim penguasa.
Upaya import hanyalah ulah nakal beberapa orang yang ingin kaya sesaat dengan mencuri uang negara,tanpa memperhatikan apa sebenarnya kebutuhan mendasar rakyat yang sebenarnya. Kekuatan agraris rakyat sangat kuat dan telah dibangun sejak lama.
Dasar-dasar kekuatan agraris negeri ini telah dibangun bahkan sejak jaman Sultan Agung HanyokroKusumo ratusan tahun yang lalu. Akan tetapi sebuah upaya yang lebih efektif dengan menyadarkan rakyat pada khittah sejati melalui pendidikan harus dilakukan saat ini.
Penyerangan serius terhadap lumbung-lumbung pangan telah dilakukan beberapa tahun terakhir ini dengan sangat massif. Undang-undang mengenai perlindungan tanah pertanian yang telah dibuat tidak mampu menghentikan serangan pada pabrik pabrik produksi pangan alami di jutaan hektar sawah tersebut.
Dan upaya melemahkan dan menghancurkan struktur ekonomi dan kebahagiaan sejati rakyat ini telah dilakukan berkali-kali akan tetapi selalu gagal. Rakyat Indonesia Nusantara selalu berhasil keluar sebagai pemenang dalam berbagai krisis yang sengaja dibuat untuk menghancurkan.
Akan tetapi sudah tiba saatnya sekarang untuk bergerak dan berubah. Mengubah benteng yang telah dibantu dibuat oleh Sultan Agung dan banyak yang lain menjadi sebuah kekuatan pemahaman dan pengetahuan menyebar di tengah-tengah rakyat.
Pengetahuan bahwa negeri kita adalah negeri agraris, dan rakyat akan bahagia dengan kegiatan agraris adalah hal mendasar yang harus difahami dan diterima secara luas. Membuka kembali lahan-lahan pertanian baru dan meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi, membangun pusat-pusat lumbung untuk kebutuhan Nasional dan dunia, dan mengubah semua struktur industri non agraris yang mencengkeram dan mencekik sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini.
Sumber daya alam dan kegiatan agraris akan mampu mememuhi seluruh kebutuhan tak hingga rakyat dan negara yang saat ini begitu menekan dan terasa menghancurkan seluruh sendi perekonomian negara. Ritme hidup rakyat yang dipenuhi oleh kejutan kejutan yang membuat semakin luasnya penderita sakit jantung, akan diubah menjadi lebih nikmat. Kabahagiaan akan tumbuh, benih benih kebaikan dan sumber daya manusia terbaik akan tampil, dan kesejahteraan yang menjadi cita-cita negeri itu akan tercapai dengan segera.
Teruskan saja seluruh kegiatan koruptif yang dipenuhi keserakahan dan syahwah hawa nafsu. Tidak apa apa. Teruskan jalan kesesatan yang membuat resah dan kesengsaraan yang telah kalian pilihkan untuk negeri ini. Tidak mengapa. Segera setelah kalian merasakan cekik an industri yang menghancurkan itu, kami telah siap kembali membantu kalian, dengan menyediakan kembali seluruh kebutuhan dasar kehidupan kalian. Dan kembali menjaga kalian agar pada saat kalian bermain-main, tidak membuat kami melupakan jati diri agraris kami. Karena pada kesetian penjagaan jati diri kita semua inilah, kita akan terjaga dari keresahan dan kesengsaraan, dan akan membuat kita selalu dipenuhi syukur dan kebahagiaan yang hakiki, bukan kebahagiaan fatamorgana industri yang ada saat ini.
Lihat Tajuk Rencana Dan Opini Lebih Lanjut :