PT ECCO Siap Pindah Ke Vietnam
Perusahaan Sepatu Ecco Alihkan Produksi ke Vietnam karena Upah Buruh Mahal ?
Sidoarjo, Informatika News Line (20/02/2018)
PT ECCO Indonesia, produsen sepatu dari Denmark, yang berada di Sidoarjo menjadwalkan tahun 2018 ini mulai mengalihkan sebagian produksinya ke Vietnam.
Konon langkah itu diambil karena alasan kondisi bisnis di Tanah Air yang kurang menguntungkan. PT Ecco didera beban upah tenaga kerja yang tinggi seiring kenaikan upah buruh.
Manager Business Relation PT ECCO Indonesia kepada pers sebagaimana yang dikutip oleh Kompas (20/02/2018) mengatakan, pengalihan produksi berlangsung pada Januari 2018 dan akan dilakukan secara bertahap menyusul rampungnya pembangunan pabrik baru di Vietnam. Kapasitas pabrik baru ini sama persis dengan pabrik di Indonesia.
”Seiring proses pengalihan produksi ke Vietnam, produksi di dalam negeri akan dikurangi,” ujar Dwi Yoga, Selasa (20/2).
Pada tahap awal ini, produksi dikurangi 1 juta pasang dari total produksi 7 juta pasang per tahun. Pengalihan produksi disesuaikan dengan perkembangan kondisi iklim usaha di Indonesia. Harapannya iklim usaha membaik sehingga investor mempertahankan pabriknya.
PT ECCO adalah industri sepatu Denmark yang mayoritas mempekerjakan manusia dibandingkan dengan menggunakan peralatan mesin modern. Pabrik Ecco tersebar di lima negara di dunia dan mempekerjakan lebih dari 20 ribu pekerja di seluruh dunia.
Di Indonesia, Ecco berlokasi di Kabupaten Sidoarjo dengan kapasitas produksi 8 juta pasang sepatu per tahun. Perusahaan yang berdiri sejak 1991 ini mempekerjakan 7.500 karyawan mayoritas perempuan.
Pada akhir tahun 2016 yang lalu, Ibu Negara Iriana Jokowi mengunjungi pabrik Ecco di Sidoarjo ini. Kunjungan ini selain ingin mengetahui kegiatan bisnis dan produksi Ecco, Ibu negara juga menghargai kinerja Ecco yang bahkan telah memberikan keuntungan sebesar 2 Trilyun setahun dan memberikan lapangan kerja bagi ribuan pekerja.
Manager Yoga mengatakan, dulu biaya produksi di Indonesia sangat kompetitif. Namun sekarang, biaya produksi di Indonesia kalah kompetitif dibandingkan dengan Thailand dan Vietnam. Komponen biaya produksi terbesar adalah tenaga kerja dan belanja bahan baku. Upah tenaga kerja mencapai 60 persen dari total biaya produksi.
Hal itu karena perusahaan wajib mematuhi upah minimum kabupaten (UMK) dan upah minimum sektoral kabupaten/kota (UMSK). Tahun 2018 ini besaran upah sektoral di PT ECCO mencapai 6 persen dari UMK yang berlaku. Kebijakan itulah yang berdampak pada rendahnya daya saing upah di Indonesia.
”Selisih upah antara Indonesia dan Vietnam mencapai Rp 1 juta per bulan per pekerja. Di sisi lain, iklim investasi di Vietnam semakin membaik yang diwujudkan dalam bentuk kemudahan berinvestasi serta keringanan pajak,” kata Dwi Yoga (TNTW)
Lihat Juga
https://www.kompas.id/baca/utama/2018/02/20/upah-buruh-mahal-perusahaan-alas-kaki-alihkan-produksi-ke-vietnam