Oleh : H. Dijono Al Husaeny
Sebuah film besar dimainkan di layar lebar di seluruh Indonesia pertengahan Agustus 2019 ini. Film berjudul Bumi Manusia itu bahkan punya kans besar untuk menembus pasar Asia dan global. Film ini dibuat berdasarkan Novel Tetralogi Pramudya Ananta yang pernah menghebohkan dunia sastra dan politik dalam negeri.
Pada masa pemerintahan Orde Baru, Novel Bumi Manusia yang ditutup dengan seri keempat nya "Rumah Kaca" adalah Novel yang oleh aparat hukum dilarang terbit dan disebarluaskan, apalagi dibaca lalu dibuat film. Alasan aparat hukum di era Pemerintahan Orde baru jelas. Novel tetralogi Pramudya ini adalah novel yang pada dasarnya bukan sembarang Novel. Akan tetapi Novel ini mengajarkan bagaimana sebuah ide tentang komunisme disebarluaskan. Bagaimana sebuah perjuangan kelas dimenangkan. Ide Komunisme yang dibungkus dalam sebuah novel yang indah dan mendayu-dayu. Sangat menarik hati pembacanya lalu tanpa sadar para pembacanya akan berubah .....
Di Jilid pertama Novel ini bercerita tentang kekejaman Belanda akan tetapi bagi pembaca yang serius akan sangat tersinggung berat dengan abstraksi imajinatif yang ditawarkann oleh Pramoedya. Penghinaan kepada Pahlawan Nasional, Cut Nyak Dien. Dan selalu begitu lah cara sastrawan LEKRA, mengaduk-aduk imajinatif para pembacanya. Di awal selalu akan membuat kode-kode rahasia berisi penghinaan agama, atau Pahlawan Nasional. Sangat sederhana. Untuk membongkar karya-karya seniman LEKRA itu sangat sederhana. Sebuah penyusupan ideologi yang dilakukan dengan sangat perlahan-lahan. Membuat semuanya terlena. Dan kemudian tiba-tiba berubahlah seseorang menjadi manusia baru, manusia pendukung ideologi komunis.
Kenapa Tetralogi ? Karena ajaran komunis mengenal 4 tahapan dalam penyebaran ideologinya. Dan tahapan terakhir dalam ajaran komunisme adalah Revolusi Rakyat yang didorong oleh revolusi kelas untuk menguasai pemerintahan dan mengendalikan negara. Di Novel Bhumi Manusia sampai jilid ke-4 nya "Rumah Kaca", tahapan-tahapan ajaran ideologi Komunisme ini diajarkan dan terlihat dengan jelas. Paling tidak demikian yang disampaikan oleh aparat penegak hukum di masa Orde Baru. Sehingga potensi Novel ini untuk membuat seseorang berubah menjadi komunis sangatlah besar. Ini bercerita tentang seseorang (baca : Pramoedya) yang sedang berusaha membangkitkan kembali ideologi komunis. Bukan bercerita tentang karya seni semata-mata.
Ideologi komunis (terutama sayap seninya LEKRA) mampu membelokkan aspek estetis manusia menjadi Komunis. Mereka mempelajari dengan teliti struktur trilogi : estetis, etis dan logos manusia seperti yang diajarkan oleh Aristoteles. Ideologi Komunis ini sungguh dibangun dengan studi yang mendalam dan teliti pada pengendalian tingkah dan karakter manusia.

"Malaikat Jibril sudah Mati..."
itu adalah salah satu Opera yang pernah dimainkan oleh Lekra (sayap Seni PKI Partai Komunis Indonesia) menjelang tahun 1965 untuk menghina umat Islam tentang Malaikat Jibril.
"Apakah kalian melihat malaikat dengan mata kalian ? Apa ? Ah ternyata memang tidak kelihatan ya malaikat itu ..... karena memang malaikat itu ya tidak ada... .. Atau dulunya mungkin memang ada.. mungkin lho ya.... jadi kalau sekarang tidak ada ......berarti sekarang sudah mati... malaikat Jibril sudah mati...."
Terminologi kecil yang dilempar oleh komunisme memang hanya sepotong. Tidak menyerang secara keseluruhan dasar keyakinan agama. Akan tetapi semua dilakukan secara sistematis dan terprogram dengan sangat hati-hati dan cerdas. Trilogi aspek Estetis, Etis, Logis, selalu menjadi sasaran serangan yang mereka lakukan. Sangat halus, sangat sistematis, dan sangat culas.
Bagi sebagian besar generasi muda millenial saat ini, yang belum hadir pada masa Orde Baru, pasti akan kesulitan memahami Novel "Hebat" Pramoedya ini dengan kaca mata orde baru. Karena keterbatasan pemahaman tentang komunisme, ajaran-ajaran, strategi, dan terminologi yang mereka gunakan. Apalagi Novel "Hebat" Pramoedya ini memenangkan anugerah Sastra Mangsasay dari Filipina. Novel Komunisme ini pun menjadi sangat terkenal di seluruh dunia. Apalagi setelah Novel ini dilarang oleh Orde Baru. Popularitas novel ini pun makin melejit di seluruh dunia.
Bagi generasi masa Orde baru, yang pernah menjadi musuh bebuyutan komunisme, memiliki pandangan yang lain dan benar benar berbeda. Ijin penerbitan kembali Buku Tetralogi Pramoedya ini, berarti sebuah pukulan berat bagi generasi ini, sebuah kekalahan besar. Apalagi setelah sekarang film Bumi manusia muncul dan diedarkan.
Sebuah ide novel, yang kemudian divisualisasikan. Ini berarti sebuah propaganda visual terbatas, dalam bentuk tulisan, berubah menjadi visual yang jauh lebih nyata, dalam bentuk potongan-potongan film.
Buku HARAM di Masa Orde Baru ini, sekarang bahkan muncul dalam bentuk visual dan film. Sebuah kekalahan besar di satu sisi dan sebuah kemenangan besar di sisi yang lain (Baca : Komunis !!!).
Menurut Orde Baru target akhir dari pembaca buku Tetralogi ini adalah MENJADI KOMUNIS. Siapa pun yang telah tamat membaca buku Tetralogi Pramoedya akan menjadi komunis. Begitu keyakinan para ahli dan aparat keamanan yang diamini oleh pemerintah Orde Baru. Bagaimana jika film Bhumi Manusia ini kemudian menjadi "Booming" dan melahirkan film berikutnya sampai berakhir serial keempatnya Rumah Kaca ? Jika prediksi aparat keamanan Orde Baru benar, maka akan lahirlah jutaan pengikut komunis baru pasca melihat film ini.
Akan tetapi Orde Reformasi berpendapat berbeda. Masa Orde Reformasi memang diwarnai dengan kebebasan yang luar biasa. Media massa bebas berekespresi, tanpa ada syarat apapun. Kebebasan berpendapat dan berekspresi penuh dirasakan oleh seluruh masyarakat.
Bahkan buku-buku beraroma komunispun dibebaskan berkeliaran bahkan secara legal. Tak ada aturan tentang OTB (Organisasi Tanpa Bentuk) yang dikonsepkan di masa orde baru, atau istilah Provokator sudah tidak pernah muncul kembali. Tak ada aturan tentang HOAX, di masa awal Reformasi, karena pada waktu itu memang UU ITE yang dijadikan sandaran tentang HOAX, belum diundangkan, masih menjadi bahan dan kajian akademis dibahas sejak tahun 1999 sampai tahun 2008. (Red : Padahal UU ITE adalah UU tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, mengatur segala hal terkait transaksi elektronik, melindungi segala hal tentang transaksi elektronik. Kenapa Undang Undang Hebat ini berubah menjadi sekedar UU HOAX ?)
Akan tetapi pertanyaannya, apakah memang harus seperti ini ? Sebuah telah ideologi menang dan sebuah ideologi lain coba disingkirkan ?
Tapi yang kita bicarakan ini adalah IDEOLOGI KOMUNIS yang tahap ke-4 Ajarannya adalah REVOLUSI RAKYAT. Dan Revolusi Rakyat gaya Komunis ini sudah beberapa kali dilakukan di Indonesia. Catat baik-baik, Revolusi Rakyat KOMUNIS ini sudah dilakukan berkali-kali di Indonesia.
REVOLUSI RAKYAT versi komunis di Madiun 1948 yang gagal. Revolusi rakyat Versi Komunisme tahun 1965 yang gagal. Bahkan mungkin dalam catatan sejarah Revolusi Rakyat PKI tahun 1926 untuk memenangkan partai komunis Belanda di masa Penjajahan Belanda, yang melahirkan pemberangusan seluruh upaya pendidikan rakyat oleh para Pejuang Kemerdekaan pra Proklamasi Kemerdekaan 1945. Ideologi yang dibicarakan ini adalah ideologi Komunis (bukan idelologi yang lain !!!). Dan semua ide Revolusi Rakyat yang dilakukan oleh Komunis c.q. PKI selalu bermuara pada kegagalan. Konon Reformasi 1998 diklain juga sebagai sebuah Revolusi Rakyak Komunis. Akan tetapi untunglah tokoh-tokoh Nasionalis dan Negarawan Muslim dan Negarawan Ber Ketuhanan Yang Maha Esa tampil, menyingkirkan komunis yang mencoba mendompleng.
Akan tetapi memang setelah Reformasi 1998, kekuatan eks komunis muncul bangkit dan bergerak. Mereka ingin bernostalgia tentang perjuangan yang gagal bertahun-tahun yang lalu. Menyusun mimpi mimpi yang belum terlaksana. Maka tiba-tiba muncullah Film Bhoemi Manoesia. Dan muncullah beberapa ulah-ulah provokatif yang lain.
Revolusi Rakyat selanjutnya ? Masih belum kapok juga Komunis melawan Ideologi Pancasila yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Menggelikan. Selalu haus akan kemenangan, selalu ingin menang lagi, tapi sejarah selalu mencatat, ideologi ini selalu kalah lagi ...kalah lagi.....benar-benar menggelikan....Komunis, Komunis, belum kapok juga... menipu menipu dan menipu lagi... tapi kalah lagi kalah lagi....dan selalu kalah lagi... Memang ideologi pecundang ...
Tapi JASMERAH, Jangan lupakan sejarah.....Tapi jangan lah lupakan kewaspadaan. Komunis ini adalah ideologi yang keji dan kejam. Karena tak mengenal Tuhan, maka tak pernah ada dosa yang dikenal. Berantas habis semua, tanpa ada hati nurani,.. tak ada agama itu.. tak ada dosa itu ... begitulah komunis. Tipu saja semua... Berbohong saja terus .. karena tak ada agama ...maka tak dosa... maka menipulah sepuas hati. Tak perlu etika... yang penting Revolusi Rakyat bisa menang..
Lihat juga :
Ulasan Dan Opini : Ideologi Komunis, Bukan Bekas Anggota PKI
Usulan Larangan Poligami Gaya PSI, Bertentangan Dengan Pancasila
Lihat Tajuk Rencana Dan Opini Lebih Lanjut :
Pembentukan Kepengurusan DPP Paguyuban ASGAR
Bandung, Informatika Newsline
DPP Paguyuban Asgar membentuk kepengurusan DPP di Bandung (19/6/2019). Berikut adalah susunan Kepengurusan DPP Paguyuban Asgar
Lihat Berita Lebih Lanjut
Lihat Berita Lebih Lanjut