Kamis, 09 Mei 2019

(CC) MUHARROM, PUASA ASYURA, TAHUN BARU, GUGURNYA HUSEN DAN SELURUH KELUARGA, TENGGELAMNYA FIR'AUN DAN KAUM NABI NUH (cc)


Oleh : Al Syarif Al Jalal Al Husein

...Ini adalah hari yang penuh kegembiraan dan penuh syukur karena Rasul-Rasul diberikan kemenangan oleh Allah... Akan tetapi ini adalah hari yang penuh duka saat ayah kami wafat, dan puluhan keluarga Rasulullah kakek kami, gugur di Padang Karbala.....



Dari Ummu Salamah bawasanya Jibril datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “…Jibril mengatakan, “Apakah engkau mencintai Husein wahai Muhammad?” Nabi menjawab, “Tentu” Jibril melanjutkan, “Sesungguhnya umatmu akan membunuhnya. Kalau engkau mau, akan aku tunjukkan tempat dimana ia akan terbunuh.” Kemudian Nabi diperlihatkan tempat tersebut, sebuah tempat yang dinamakan Karbala. (HR. Ahmad dalam Fadhailu ash-Shahabah, ia mengatakan hadis ini hasan).


Rasulullah sedang bercengkerama dengan Hasan dan Husein. Cucu yang lucu-lucu.

" Wahai ...anak-anakku ..."

Hasan dan Husein adalah putra dari Fatimah Az Zahro, putri Rasulullah dari Khodijah R.A. Ayah kedua anak yang lucu itu adalah keponakan beliau Ali Bin Abi Thalib. Wafatnya Khodijah beberapa tahun sebelumnya membuat lahirnya Hasan dan Husen menjadi sesuatu yang menyenangkan buat Rasulullah. Rasulullah juga manusia biasa, yang dipenuhi cinta kasih.

" Aku mencintai kalian ...."

terucaplah kata-kata yang manusiawi dari seorang Rasulullah. Akan tetapi tak berselang detik. Tiba-tiba di hadapan mata Rasululllah terbentang sebuah drama mengerikan. Sebuah padang berdarah dan gugurnya seorang Pemuda dan wajah pemuda itu adalah cucu beliau yang baru saja beliau ciumi.

Apakah Aku yang kau cintai atau dunia, keluargamu, dan anak-anak itu yang kau cinta ? Rasulullah terkejut. Segera menyadari atas terucapnya kata-kata yang spontan. 

Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya anakku ini adalah Sayid (Tuan). Dan moga-moga Allah akan mendamaikan dengan anak ini di antara dua golongan kaum Muslimin.”(HR Bukhari) (Hamka, Al Hamid Al Husaini) [Hasan]—Rasulullah kerap memanggil cucunya dengan ungkapan ‘anakku’—


(1) 

Padang berdarah itu lah Padang Karbala. Padang yang menjadi saksi gugurnya Husein dan seluruh keluarganya. Hari ini setiap awal bulan Muharrom jutaan orang mengenang pembantaian berdarah keluarga Rasulullah itu dengan penuh histeria. Histeria massa yang mencoba memvisualisasikan kejadian mengerikan ratusan tahun yang lalu.

Baju, hitam, tamparan, pukulan, cabikan, dan darah yang mengalir dari mereka yang mengalami histeria massa di Padang Karbala. Mengenang gugurnya cucu Rasulullah dan keluarganya. Sebagian ummat Islam mengecam peringatan histeria massa raksasa itu.

Tidak ada contoh dari Rasulullah. Dan Rasulullah melarang bersedih yang berkepanjangan dan mengalami histeria massa seperti itu. Akan tetapi jutaan orang Syiah yang dipenuhi kesedihan berjalan ratusan kilometer dan memulai ritual kesedihan tersebut. Bertahun puluhan tahun, bahkan mungkin sudah ratusan tahun.

Ritual yang dikatakan sesat oleh sebagaian umat Islam itu terus berjalan sampai hari ini. Peringatan dan ritual berdarah yang mengerikan itu menjadi wajah mengerikan Islam bagi mereka yang tidak memahami Islam dengan baik.

Husein dan seluruh keluarganya gugur dibantai dengan kejam di Padang Karbala pada awal Bulan Muharrom.  Pertempuran Pembantaian terjadi pada keluarga Rasulullah, keluarga Husein bin Ali antara 73 orang di pihak Husein (dalam riwayat lain 128 orang) berhadapan dengan 5000 pasukan Irak. Dalam pertempuran itu 30 orang pasukan Irak dipimpin oleh al-Hurru bin Yazid at-Tamimi membelot dan bergabung dengan Husein. Peperangan yang tidak imbang itu menewaskan semua orang hingga tersisa Husein seorang diri. Orang-orang Kufah merasa takut dan segan, ada rasa hormat mereka kepada darah keluarga Rasulullah. Seorang bernama Amr bin Dzi al-Jausyan –semoga Allah menghinakannya- melepaskan anak panah lalu mengenai Husein, dan Husein pun terjatuh lalu orang-orang mengeroyoknya, dan Husein gugur syahid, semoga Allah meridhainya. Ada yang mengatakan Amr bin Dzi al-Jausyan-lah yang memotong kepala Husein sedangkan dalam riwayat lain, orang yang menggorok kepala Husein adalah Sinan bin Anas, Allahu a’lam.

Anehnya Ubaidullah bin Ziyad, Amr bin Dzi al-Jausyan, dan Sinan bin Anas adalah pembela Ali (Syiah nya Ali) dalam Perang Shiffin beberapa tahun sebelumnya. Ketiga orang ini ada dalam barisan Pasukan Ali Bin Abi Thalib.

Lihat Perang Unta

Keluarga Rasululullah yang gugur dalam Pembantaian Padang Karbala ini adalah

1. Putra Ali Bin Abi Thalib : Muhammad bin Ali, Abu Bakar bin Ali, Utsman bin Ali, Jafar bin Ali, Abbas bin Ali. (Dalam riwayat lain gugur juga : Abdullah bin Ali, Ibrahim bin Ali, Amru bin Ali)

2. Putra Husein Bin Ali : Abdullah bin Hussain bin Ali, Ali (Al) Akbar bin Husain (Dalam riwayat lain gugur juga : M. thamrin bin husein, Ali Asghar bin Husain). Ali zainal abidin bin Husein (masih hidup)

3. Putra Hasan bin Ali :  Abdullah bin Hasan - putera tertua, Abu Bakar bin Hasan bin Ali, Qasim bin Hasan - putera bungsu (Dalam riwayat lain gugur juga  : Zaid bin Hasan). Hasan bin Hasan bin Ali ( Masih Hidup )

4. Putra Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib : Muhammad bin Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib, Aun bin Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib (Dalam riwayat lain gugur juga :  Ubayd-Allah bin Abdullah bin Ja'far bin Abi Thalib, Ubaidah bin al-Harith

5. Keturunan Aqil bin Abu Thalib : Ja’far bin Aqil, Abdul Rahman bin Aqil, Abdullah bin Aqil Abdullah bin Muslim bin Aqil. (Dalam riwayat lain gugur juga Muhammad bin Aqil, Muhammad bin Abu Said bin Aqil, Ibrahim bin Muslim bin Aqil, Abdul Rahman bin Muslim bin Aqil, Muhammad bin Muslim bin Aqil


Pertempuran Karbala terjadi pada tanggal 10 Muharram, tahun ke-61 dari kalender Islam (9 atau 10 Oktober 680) di Karbala, yang sekarang terletak di Irak. Pertempuran terjadi antara pendukung dan keluarga dari cucu Muhammad, Husain bin Ali dengan pasukan militer yang dikirim oleh Yazid bin Muawiyah, Khalifah Bani Umayyah pada saat itu.

Husain dan beberapa anggota juga diikuti oleh beberapa wanita dan anak-anak dari keluarganya. Di pihak lain, pasukan bersenjata Yazid I yang dipimpin oleh Umar bin Sa'ad berjumlah 4.000-10.000.

Pertempuran ini kemudian diperingati setiap tahunnya selama 10 hari yang dilakukan pada bulan Muharram oleh Syi'ah seperti halnya segolongan Sunni, di mana puncaknya pada hari kesepuluh, Hari Asyura


(2) 

Bulan Muharrom menjadi bulan yang penting. Karena banyaknya rentetan peristiwa penting pada bulan Muharrom. Orang Jawa menyebut bulan Muharrom sebagai bulan Syuro. Beberapa ritual aneh banyak dilakukan pada bulam Muharrom.

Salah satu ritual lain dalam bulan Muharrom yang tercatat adalah ritual aneh di Solo. Pada malam 1 Muharram untuk memburu berkah banyak orang yang kemudian dengan berbondong-bondong menuju kota Solo dan menyaksikan ritual kirab dan pelepasan kerbau bule, yang kemudian mereka berebut mengambil kotorannya, yang menurut keyakinan mereka bisa menyebabkan larisnya dagangan dan membawa berkah di dalam kehidupan mereka.

Berbagai ritual lain di malam 1 Syuro.

Tradisi malam satu Suro ini bermula saat zaman Sultan Agung sekitar tahun 1613-1645. Saat itu, masyarakat banyak mengikuti sistem penanggalan tahun Saka yang diwarisi dari tradisi Hindu.

(3)

Bulan Muharrom menjadi bulan awal dalam tarikh Islam untuk memulai kalender Hijriah. Umar Bin Khatab dan Ali Bin Abi Thalib dalam riwayat lain yang mengusulkan Muharrom menjadi awal penanggalan tarikh Dan tahun hijrah Rasulullah itu menjadi awal tahun penanggalan tarikh Islam

(4)

Bulan Muharrom juga menjadi catatan yang penting karena dalam bulan Muharrom. Umat Nabi Nuh dilanda gelombang yang menenggelamkan Fir aun ditenggelamkan di Laut oleh Allah Nabi Yunus dikeluarkan dari perut Ikan yang menelannya.

Menurut beberapa riwayat disebutkan, banyak peristiwa penting terjadi di tanggal 10 Muharrom, hari itu pada masa yang lalu, di antaranya disebutkan sebagai berikut:
(1) Nabi Adam 'alaihissalam bertobat kepada Allah dari dosa-dosanya dan tobat tersebut diterima oleh-Nya.
(2) Berlabuhnya kapal Nabi Nuh di bukit Zuhdi dengan selamat, setelah dunia dilanda banjir yang menghanyutkan dan membinasakan.
(3) Selamatnya Nabi Ibrahim 'alaihissalam dari siksa Namrud, berupa api yang membakar.
(4) Nabi Yusuf 'alaihissalam dibebaskan dari penjara Mesir karena terkena fitnah.
(5) Nabi Yunus 'alaihissalam selamat, keluar dari perut ikan hiu.
(6) Nabi Ayyub 'alaihissalam disembuhkan Allah dari penyakitnya yang menjijikkan.
(7) Nabi Musa 'alaihissalam dan umatnya kaum Bani Israil selamat dari pengejaran Fir’aun di Laut Merah. Beliau dan umatnya yang berjumlah sekitar lima ratus ribu orang selamat memasuki gurun Sinai untuk kembali ke tanah leluhur mereka


(5)


Di zaman dahulu sebelum datangnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bulan ini bukanlah dinamakan bulan Al-Muharram, tetapi dinamakan bulan Shafar Al-Awwal, sedangkan bulan Shafar dinamakan Shafar Ats-Tsani. Setelah datangnya Islam kemudian Bulan ini dinamakan Al-Muharram.

Ritual Puasa Muharrom. Puasa Muharrom dimulai sejak tanggal 9 Muharrom, 10 Muharrom, dan bahkan ada syariat yang menyatakan puasa lanjutan tanggal 11 Muharrom. Pembiasaan puasa Muharrom ini kemungkinan dilakukan 1 tahun sebelum Rasulullah meninggal dunia. Karena terdapat beberapa hadits yang menyatakan bahwa Rasulullah tidak sempat melakukan puasa tanggal 9 Muharrom, karena berliau meninggal di Bulan Rabiul Awwal sebelum memasuki Bulan Muharrom di tahun berikutnya.

Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwasanya dia berkata, “ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berpuasa di hari ‘Asyura’ dan memerintahkan manusia untuk berpuasa, para sahabat pun berkata, ‘Ya Rasulullah! Sesungguhnya hari ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata, ‘Apabila tahun depan -insya Allah- kita akan berpuasa dengan tanggal 9 (Muharram).’ Belum sempat tahun depan tersebut datang, ternyata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal.”

Saat ini puasa MUharrrom dilakukan pada tanggal 9 dan 10 Muharrom. Sementara sebagian umat Islam yang lain melakukan puasa memperbanyak puasa di Bulan Muharrom di tanggal lainnya.

Banyak ulama mengatakan bahwa disunnahkan juga berpuasa sesudahnya yaitu tanggal 11 Muharram. Di antara mereka ada yang berdalil dengan hadits Ibnu ‘Abbas berikut:

(( صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا فِيهِ الْيَهُودَ ، صُومُوا قَبْلَهُ يَوْمًا أَوْ بَعْدَهُ يَوْمًا.))

“Berpuasalah kalian pada hari ‘Asyura’ dan selisihilah orang-orang Yahudi. Berpuasalah
sebelumnya atau berpuasalah setelahnya satu hari.”

Akan tetapi konon hadits ini lemah dari segi sanadnya (jalur periwayatan haditsnya).